Bahkan makhluk bersayap biasanya tidak melakukan perjalanan melintasi garis Wallace, dan di lautan, beberapa jenis ikan dan mikroba menunjukkan perbedaan genetik di satu sisi perbatasan dibandingkan dengan sisi lainnya, yang menunjukkan sangat sedikit percampuran antarpopulasi.
Para ilmuwan belum menemukan penghalang tak kasat mata apa yang menahan spesies ini. Namun, habitat dan iklim mungkin merupakan faktor yang menonjolkan kesenjangan evolusi tersebut.
Pada tahun 2023, analisis terhadap lebih dari 20.000 spesies vertebrata menemukan bahwa garis keturunan Asia Tenggara berevolusi dalam lingkungan purba yang relatif tropis. Hal ini memungkinkan mereka menyebar ke arah Papua di pulau-pulau yang lembap sebagai "batu loncatan".
Sementara itu, satwa liar di landas kontinen Australia berevolusi dalam kondisi yang jauh lebih kering, yang menentukan jalur evolusi yang berbeda. Ini berarti bahwa satwa liar Australia berada pada posisi yang kurang menguntungkan di pulau-pulau tropis yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa.
Namun, semakin banyak peneliti mempelajari garis Wallace, semakin tidak jelas di mana garis tersebut harus ditarik dan seberapa 'berpori' penghalang tersebut – setidaknya bagi beberapa hewan yang dapat berenang, mengapung, atau terbang, seperti kelelawar, kumbang, biawak, atau kera.
Menurut para ilmuwan, batas Wallace bukanlah batas yang mutlak, melainkan lebih merupakan gradien. Meski begitu, garis yang kabur tersebut membantu kita memahami evolusi hewan untuk ribuan spesies.
"Peta mental dan aktual Darwin dan Wallace adalah tabel tempat skema evolusi dimainkan, yang sebanding dengan skala waktu geologis," kata sejarawan sains Jane Camerini pada tahun 1993 untuk History of Science Society.
Apa yang dimulai sebagai satu garis tunggal yang ditempatkan secara kasar, yang ditarik lebih dari satu abad yang lalu, kini telah membantu membentuk gambaran yang lebih besar dan lebih rumit tentang dunia alam dan misterinya.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR