Nationalgeographic.co.id—Dinosaurus tentu saja berhubungan seks. Sarang dan telur fosil, serta cara burung dan buaya masa kini bereproduksi, tidak menyisakan keraguan tentang hal itu. Namun, bagaimana mereka melakukannya masih menjadi teka-teki besar bagi para paleontolog.
Tidak sulit untuk melihat kerangka Stegosaurus dan bertanya-tanya, bagaimana dua makhluk raksasa seperti itu bisa kawin tanpa saling menjatuhkan atau menimpa satu sama lain?
Sampai suatu hari ada penemuan dua dinosaurus yang membatu dalam posisi kawin, kita mungkin tak akan pernah benar-benar memahami sepenuhnya mekanisme seks dinosaurus.
Namun, berkat fosil-fosil luar biasa dan perbandingan dengan hewan modern seperti burung dan buaya, para ilmuwan perlahan-lahan menyusun kepingan misteri ini.
Kloaka: Titik Kunci Reproduksi
Kerangka dinosaurus menyimpan petunjuk soal letak organ reproduksinya. Semua dinosaurus memiliki pinggul yang tersusun dari tiga tulang utama: ilium di bagian atas, serta pubis dan iskium di bawah. Struktur ini menciptakan ruang bagi saluran reproduksi, urinari, dan ekskresi.
Salah satul contoh Tyrannosaurus rex—terdapat celah yang cukup luas antara tulang-tulang pinggul bagian bawahnya, tempat semua jaringan lunak terkait reproduksi berada.
Namun, karena jaringan lunak tak mudah membatu, para ahli menggunakan kerabat terdekat dinosaurus—burung dan buaya—untuk memperkirakan susunan anatominya. Keduanya memiliki kloaka, satu lubang multifungsi di bawah pinggul yang menjadi jalan keluar untuk urin, feses, dan gamet. Berdasarkan kesamaan ini, para ahli meyakini dinosaurus non-unggas seperti Triceratops dan Apatosaurus juga memiliki kloaka.
Penemuan fosil Psittacosaurus pada tahun 2021 memperkuat dugaan ini. Jaringan lunak yang diawetkan menunjukkan kloaka dengan celah vertikal, mirip milik buaya, tepat di belakang tulang pinggul bagian bawah.
Meski tidak menunjukkan organ kelaminnya, temuan ini mengonfirmasi bahwa dinosaurus menyembunyikan alat kelaminnya di dalam tubuh, seperti buaya dan burung.
Misteri Alat Kelamin Dinosaurus
Baca Juga: Studi Ungkap Dinosaurus Awal Punya Pola Makan yang Beragam
Fosil belum pernah menunjukkan bentuk pasti alat kelamin dinosaurus. Namun, buaya dan beberapa burung memberikan petunjuk. Di balik kloaka mereka, ada organ yang disebut organ intromitten—bisa berupa penis atau klitoris berukuran besar, yang bahkan sulit dibedakan oleh para ilmuwan.
Besar kemungkinan, dinosaurus besar seperti Brachiosaurus juga memilikinya. Namun, bentuk dan ukuran organ kelamin dinosaurus kemungkinan sangat beragam.
Dengan lebih dari 1.850 genus dinosaurus yang hidup selama 150 juta tahun, bisa dipastikan tak ada satu model alat kelamin atau perilaku kawin yang berlaku untuk semua.
Bahkan burung pun menunjukkan variasi ekstrem—beberapa bebek memiliki penis berbentuk spiral.
Dinosaurus Bertelur: Mirip Buaya, Tapi Juga Burung
Salah satu aspek reproduksi dinosaurus yang mulai terungkap dengan lebih jelas adalah proses bertelur setelah kawin. Bukti penting datang dari fosil panggul oviraptorosaurus, dinosaurus berparuh dan berbulu yang masih berkerabat dekat dengan Velociraptor.
Pada tahun 2005, Tamaki Sato dan timnya menemukan fosil dengan dua telur yang masih berada di dalam tubuh dinosaurus betina tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa oviraptorosaurus memiliki dua saluran telur, seperti buaya modern.
Menariknya, hanya ada dua telur di dalam tubuhnya, yang menunjukkan bahwa dinosaurus ini bertelur dalam jumlah kecil dalam satu waktu—lebih mirip burung daripada reptil yang biasanya bertelur banyak sekaligus.
Bahkan, beberapa fosil oviraptorosaurus ditemukan dalam posisi seolah-olah sedang mengerami sarang, dengan telur-telur tersusun rapi membentuk lingkaran, mengisyaratkan adanya perilaku pengasuhan yang cukup kompleks.
Penemuan lain yang menguatkan gambaran ini datang dari India pada tahun 2022, ketika Harsha Dhiman dan rekan-rekannya menemukan telur titanosaurus yang tidak biasa—telur dengan dua kuning telur yang terpisah oleh lapisan cangkang.
Kondisi ini kemungkinan besar terjadi akibat gangguan dalam saluran telur, sehingga telur pertama terdorong ke belakang dan terbentuk lagi cangkang di sekitarnya, membungkus telur kedua. Fenomena serupa kadang juga terjadi pada burung.
Fakta ini memberi petunjuk bahwa cara dinosaurus membentuk dan mengeluarkan telur lebih menyerupai mekanisme bertelur pada burung, daripada pada reptil lainnya seperti kura-kura atau kadal.
Hal ini menambah bukti bahwa dalam hal reproduksi, dinosaurus tidak sepenuhnya seperti kerabat reptil modern mereka, tetapi juga mewarisi banyak ciri yang kini kita lihat pada burung.
Kita masih jauh dari memahami sepenuhnya kehidupan seks dinosaurus. Posisi tubuh saat kawin, bentuk organ kelamin, hingga dinamika perilaku kawin mereka—semuanya masih dikelilingi tanda tanya besar. Namun, penelitian tidak lagi sekadar spekulasi. Melalui bukti evolusi dan catatan fosil, para ilmuwan mulai membangun hipotesis yang kuat tentang bagaimana dinosaurus bereproduksi.
Seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin maju, bukan tak mungkin suatu hari nanti kita akan menemukan bukti konkret tentang bagaimana kehidupan intim makhluk purba ini berlangsung.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR