Nationalgeographic.co.id – Iran, negara yang membentang dari Teluk Persia dan Samudra Hindia di selatan hingga perbatasan Turki dan Turkmenistan di utara, menyimpan sejarah panjang sebagai pusat peradaban kuno. Dalam sejarah dunia, Iran pernah dikenal dengan nama lain, Persia.
Sebutan Persia tidak datang tanpa alasan. Nama ini berkaitan erat dengan satu wilayah di Iran modern, yakni Provinsi Fars kadang juga ditulis Pars yang terletak di timur Teluk Persia.
Wilayah ini merupakan lokasi tanah kuno Persis, tempat asal-usul orang Persia. Di sinilah bangsa Persia kuno tumbuh dan membentuk kekaisaran besar yang kelak dikenal sebagai Kekaisaran Persia.
Dari ‘Parsa’ Menjadi Persia
Nama Persia berasal dari Parsa, sebutan bangsa Persia kuno untuk tanah mereka dan juga untuk diri mereka sendiri sebagai kelompok etnis. Orang Yunani kemudian mengadaptasi nama ini menjadi Persis, dan bangsa Romawi melanjutkan penggunaannya dengan menyebut wilayah tersebut sebagai Persia.
Beberapa ahli sejarah meyakini bahwa bangsa Persia awalnya bermigrasi dari wilayah utara yang disebut Parsua—sebuah lokasi yang disebut dalam prasasti Asyur sekitar tahun 900 SM, terletak dekat Armenia modern.
Karena serangan yang terus-menerus dari Kekaisaran Asyur, bangsa Persia mungkin berpindah ke selatan dan akhirnya menetap di Provinsi Fars, di mana mereka mulai membangun kekuatan.
Prasasti tertua yang menyebutkan nama Parsa ditemukan di Iran barat daya dan berasal dari pertengahan milenium pertama SM, memperkuat identifikasi kawasan ini sebagai pusat awal peradaban Persia.
Mitologi Yunani dan Koneksi Persia
Dalam mitologi Yunani, nama Persia juga muncul. Perseus, tokoh pahlawan yang membunuh Medusa disebut memiliki anak bernama Perses dari Andromeda. Menurut cerita, Perseus dianggap sebagai leluhur bangsa Persia.
Sejarahwan Yunani seperti Herodotus bahkan mencatat bahwa Raja Persia, Xerxes, sempat mencoba mengklaim hubungan darah dengan Perses untuk memperoleh dukungan dari bangsa Argos dalam kampanyenya ke Yunani. Meskipun usahanya gagal, kisah ini menunjukkan bagaimana bangsa Persia berusaha membangun legitimasi melalui narasi mitologis.
Mengapa Seluruh Wilayah Disebut Persia?
Pada abad ke-6 SM, Raja Cyrus Agung dari Parsa mendirikan Kekaisaran Persia yang mencakup wilayah luas dari Iran hingga Irak, Suriah, Israel, dan sebagian besar Asia Barat. Penulis Yunani pada masa itu menggunakan sebutan “Persia” untuk merujuk ke seluruh kekaisaran, bukan hanya pada wilayah asalnya di Fars.
Meskipun Kekaisaran Persia kemudian ditaklukkan oleh Alexander Agung pada akhir abad ke-4 SM, nama “Persia” tetap melekat untuk menyebut wilayah yang kini dikenal sebagai Iran.
Warisan Nama Persia
Pada abad ke-3 Masehi, muncul kekuatan baru dari wilayah Persis: Ardashir I, raja dari Provinsi Fars, mendirikan Kekaisaran Sasania yang menghidupkan kembali kejayaan Persia dengan merebut sebagian besar bekas wilayah kekaisaran Cyrus.
Meskipun kemudian wilayah ini jatuh ke tangan Muslim pada abad ke-7, istilah Persia sudah terlanjur tertanam kuat dalam identitas kawasan ini.
Budaya Persia tetap bertahan meskipun wilayahnya berada di bawah pemerintahan baru. Karena itu, nama Persia terus digunakan secara global untuk menyebut Iran selama berabad-abad setelahnya.
Dari Persia ke Iran
Baru pada tahun 1935, pemerintah secara resmi meminta negara-negara asing untuk menyebut negara mereka sebagai “Iran”—nama yang telah lama digunakan oleh penduduk lokal, dan berarti "Tanah Bangsa Arya".
Namun hingga hari ini, istilah Persia masih kerap digunakan, terutama dalam konteks sejarah, budaya, dan seni. Nama itu menjadi simbol warisan kuno, yang tak hanya menggambarkan tempat, tetapi juga kejayaan dan pengaruh peradaban yang pernah menguasai sebagian besar dunia kuno.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR