Nationalgeographic.co.id—Banyak orang suka makanan pedas. Bahkan makanan pedas telah lama menjadi bagian dari budaya kuliner di berbagai belahan dunia.
Namun, tidak semua orang suka makanan pedas dan toleransi masing-masing orang terhadap makanan pedas jelas berbeda. Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, Karina Rahmadia Ekawidyani, menekankan setiap orang memiliki batas level pedas yang berbeda.
Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Selain faktor genetik, ada faktor pengalaman dan psikologis yang juga berpengaruh.
“Capsaicin menstimulasi Transient Receptor Potential Vanilloid 1 (TRPV1) yang mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Setiap individu memiliki tingkat toleransi reseptor yang berbeda. Bahkan, ada orang yang lahir tanpa reseptor ini, sehingga tidak merasakan pedas,” jelas Karina.
Karina juga menyampaikan bahwa toleransi terhadap makanan pedas bisa meningkat melalui konsumsi yang rutin. Selain faktor fisiologis, persepsi atau pikiran bahwa makanan terasa sangat pedas juga bisa memengaruhi reaksi seseorang.
Lebih lanjut, Karina juga mengungkapkan berbagai dampak positif dan negatif konsumsi makanan pedas. Ia juga memberikan tips agar masyarakat dapat menikmatinya dengan aman.
Karina mengatakan makanan pedas dapat memberikan manfaat bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Menurutnya, makanan pedas seperti cabai mengandung berbagai zat aktif yang berperan penting bagi kesehatan.
“Cabai banyak mengandung vitamin C dan vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan dan dapat melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit, sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” tuturnya seperti dilansir laman IPB University.
Menurutnya, kandungan capsaicin dalam cabai juga dapat membantu menurunkan berat badan. “Capsaicin mampu meningkatkan temperatur tubuh dan mempercepat kerja metabolisme, sehingga kalori dalam tubuh lebih cepat terbakar,” tuturnya.
Selain itu, Karina menambahkan bahwa capsaicin terbukti secara ilmiah memiliki berbagai manfaat lain. Salah satunya adalah menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.
Capcaisin juga memiliki efek analgesik (pereda nyeri) dan anti-inflamasi (anti peradangan), serta berdampak positif pada sistem kardiovaskuler dan metabolik, termasuk memperbaiki profil lipid dan fungsi endotel atau dinding pembuluh darah.
Baca Juga: Pakar Genetika Ungkap Sisi Ilmiah Keunikan Haenyeo, Penyelam Wanita Tradisional Korea
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR