Nationalgeographic.co.id—Sebutkan kata “vampir” dan siapa pun kemungkinan besar akan membayangkan gambaran yang sama di kepala mereka. Dalam imajinasi populer, vampir bertubuh tinggi, kurus, pucat, dan berpakaian hitam. Mereka berwajah anggun serta dapat dibedakan dari manusia hidup melalui taring taring yang mencuat. Taring ini digunakan untuk menusuk leher korbannya dan mengisap darah mereka.
Namun, di samping citra pengisap darah, terdapat serangkaian karakteristik lain yang berkaitan dengan perilaku, kekuatan, dan kelemahan vampir. Konon, vampir adalah mayat hidup yang telah kembali dari alam baka setelah digigit oleh vampir lain. Vampir dikatakan memiliki kekuatan super, mampu berubah menjadi hewan seperti kelelawar, tidak memiliki bayangan, dan menghipnotis korbannya.
Secara umum diyakini bahwa vampir, seperti manusia serigala, tidak dapat dibunuh dengan metode konvensional. Mereka harus dimusnahkan dengan salah satu dari beberapa cara tertentu, misalnya dengan menusuk jantung, terpapar bawang putih, atau disalib.
Namun, sebagai makhluk malam, vampir juga sering dikatakan menghindari sinar matahari. Bahkan dalam beberapa penggambaran terkenal, vampir bahkan dapat dibunuh dengan bersentuhan dengan cahaya siang hari.
Asal-usul aspek mitos vampir ini masih diperdebatkan. Namun, mitos vampir yang alergi matahari tidak ada dalam kisah vampir yang mungkin paling berpengaruh: novel Bram Stoker, “Dracula”.
Jadi, dari mana asal-usul mitos vampir yang alergi sinar matahari?
Vampir dalam cerita rakyat
Meskipun berasal dari cerita rakyat, vampir dalam budaya populer saat ini berbeda dalam beberapa hal signifikan dari pendahulu tradisionalnya.
Paul Barber mengungkapkan tentang vampir dalam bukunya “Vampires, Burial, and Death: Folklore and Reality”. Menurut Barber, “Sosok vampir berakar pada beberapa tradisi folklor, terutama di Eropa.” Tradisi itu ditemukan dalam berbagai budaya abad pertengahan seperti Rumania, Jerman, dan Yunani.
Banyak kisah tentang vampir diyakini muncul selama periode kematian massal, seperti wabah penyakit. Saat wabah, jumlah korban yang banyak menyebabkan penguburan yang layak tidak mungkin untuk dilakukan. Di saat yang sama, ada paparan terhadap proses misterius yang memengaruhi mayat selama pembusukan.
Versi awal mitos vampir sangat berbeda dari bangsawan pucat dan menggoda yang dipopulerkan pada abad ke-19 dan ke-20. Sebaliknya, vampir sering digambarkan bertubuh kembung dan berwarna merah tua. Karena itu, di Eropa Timur, orang membandingkan peminum alkohol berwajah merah dengan vampir.
Baca Juga: Di Balik Penciptaan Para Monster Menakutkan dalam Mitologi Yunani
Source | : | Grunge |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR