Nationalgeographic.co.id—Dalam perilaku yang mengejutkan dan belum sepenuhnya dipahami, paus pembunuh (orca) kerap kali terlihat meletakkan ikan, burung, bahkan penyu di hadapan manusia—seolah ingin berbagi makanan.
Studi terbaru dunia hewan mengungkap bahwa tindakan ini bisa jadi bentuk pendekatan lintas spesies, permainan sosial, atau bahkan manipulasi halus dari salah satu predator laut paling cerdas di Bumi.
Dalam studi baru yang dipublikasikan di Journal of Comparative Psychology pada 30 Juni lalu, para ilmuwan mencatat puluhan kasus orca (Orcinus orca) yang mendekati manusia dan secara aktif menawarkan makanan.
Dalam hampir semua pertemuan tersebut, orca menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan manusia terhadap “persembahan” mereka. Dan dalam beberapa kasus, orca bahkan mencoba menawarkan makanan itu berkali-kali.
Jenis “hadiah” yang diberikan pun bervariasi: mulai dari ikan, burung laut, pari, rumput laut, bahkan seekor penyu.
Perilaku ini tercatat terjadi pada berbagai populasi orca di dunia selama lebih dari 20 tahun.
Meski demikian, para peneliti belum bisa memastikan alasan di baliknya. Yang pasti, menurut penulis utama studi Jared Towers—direktur eksekutif Bay Cetology, lembaga penelitian cetacea di Kanada—orca memang dikenal sebagai hewan sosial yang gemar berbagi makanan dengan sesamanya.
“Berbagi makanan adalah aktivitas prososial yang menjadi bagian penting dalam membangun relasi di antara orca,” jelas Towers dalam pernyataan resmi. “Fakta bahwa mereka juga membaginya dengan manusia mungkin menandakan keinginan mereka untuk berinteraksi dengan kita.”
Studi ini mengajukan beberapa kemungkinan penjelasan. Di antaranya, tindakan menawarkan mangsa pada manusia bisa jadi merupakan cara orca untuk “melatih perilaku budaya yang dipelajari, mengeksplorasi, bermain,” atau mungkin membangun hubungan dengan spesies lain—termasuk manusia.
Namun, meski tampak seperti tindakan altruistik, para peneliti tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan bahwa orca mencoba memanipulasi manusia—meski tujuannya belum jelas.
Erich Hoyt, peneliti dari lembaga amal Whale and Dolphin Conservation yang tidak terlibat dalam studi ini, menyebut pendekatan tim peneliti cukup hati-hati dan menyeluruh.
“Peneliti telah menyaring kasus-kasus meragukan, menjelaskan metodologi dengan rinci, dan mengajukan penafsiran dengan bijaksana,” kata Hoyt, penulis buku Orca: The Whale Called Killer.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR