Nationalgeographic.co.id—Tak hanya dinosaurus, selama periode Jurassic hidup pula hewan-hewan lain, seperti genus ikan bersirip pari yang disebut ikan Tharsis. Uniknya, ikan purba yang telah punah ini memiliki perilaku aneh yang menyebabkan kematian mereka.
Penelitian baru terhadap fosil ikan Tharsis mengungkapkan bahwa hewan laut karnivor tersebut tampaknya sering menemui ajalnya karena sefalopoda besar yang dikenal sebagai belemnit. Belemnit tersebut biasanya tersangkut di kerongkongan mereka.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports dengan judul "Jurassic fish choking on floating belemnites".
Dilansir laman Live Science, ikan Tharsis yang dianalisis tersebut ditemukan di formasi batu kapur Solnhofen Plattenkalk berusia 152 juta tahun di Jerman. Menurut ahli paleontologi Martin Ebert dan Martina Kölbl-Ebert dari Ludwig Maximilian University of Munich di Jerman, dalam beberapa kasus ikan Tharsis tampak mati saat sedang mencoba menelan seekor belemnit yang hampir sama panjangnya dengan tubuh mereka sendiri.
"Dalam sebuah tinjauan terbaru terhadap koleksi fosil … ditemukan beberapa spesimen ikan Tharsis dari endapan Plattenkalk di Kepulauan Solnhofen pada periode Jurassic akhir, yang ditemukan dengan belemnit tersangkut di mulut dan insang,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Mereka menambahkan, "Dalam semua kasus, rostrum (paruh) belemnit keluar melalui bagian insang, sementara bagian phragmocone (cangkang dalam yang lebar) tersangkut kuat di mulut."
Ikan Tharsis termasuk jenis mikro-karnivor—hewan pemakan mangsa kecil seperti larva dan zooplankton, biasanya dengan cara mengisap makanannya. Fosil mereka cukup sering ditemukan.
Belemnit, yang bentuknya mirip cumi-cumi dengan tubuh panjang berkerudung dan banyak lengan, hidup di laut terbuka dan meninggalkan jauh lebih sedikit fosil dibandingkan makhluk laut lainnya.
Menariknya, fosil belemnit yang ditemukan di cekungan Plattenkalk di Eichstätt dan Solnhofen sering kali hanya berupa cangkang bagian dalam yang telah ditumbuhi oleh bivalvia (kerang-kerangan).
Hal ini menunjukkan bahwa belemnit tersebut sudah mati, namun tetap mengapung di kolom air berkat cangkangnya yang berisi gas. Selama mengapung, tubuh belemnit itu kemudian dihuni oleh hewan lain seperti moluska mirip kerang yang memakan jaringan lunak yang membusuk.
Baca Juga: Pakar Genetika Ungkap Keunikan Genetik Haenyeo, Penyelam Wanita Tradisional Korea
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR