Nationalgeographic.co.id—Dikelilingi predator lapar, seekor dinosaurus kecil pemakan tumbuhan dari awal Zaman Kapur melakukan satu-satunya hal yang masuk akal. Ia berkamuflase.
Analisis sisa-sisa fosil yang terawetkan dengan sangat baik ini telah mengungkap salah satu warna dinosaurus paling rumit yang pernah ada. Termasuk punggung cokelat dan perut yang lebih terang. Antelop, ikan, dan hewan modern lainnya memiliki zona gelap dan terang yang serupa, yang membingungkan predator. Namun warna semacam itu adalah penemuan pertama tanda-tanda semacam itu pada dinosaurus.
“Yang ini unik,” kata ahli paleontologi Jakob Vinther dari University of Bristol, “Kita dapat melihat dengan sangat jelas adanya pola warna, garis-garis, dan bintik-bintik.” Vinther adalah salah satu penulis studi yang mendeskripsikan fosil tersebut.
Fosil ini juga berkesan karena alasan yang lebih memalukan: Ia tampak sedang buang air besar. Dari dasarnya, menonjol sebuah benda bulat yang mirip kotoran anjing. Para peneliti mengatakan benda itu bisa jadi tulang, tetapi komposisinya menunjukkan feses.
“Meski begitu, hewan itu mungkin tidak mati saat buang air besar,” tutur Vinter. Gas dari pembusukan hewan itu mungkin telah mendorong keluar kotorannya, katanya. Atau mungkin isi perut dinosaurus itu terus bergejolak setelah mati.
Reptil “bercelana mewah” itu adalah jenis yang dikenal sebagai Psittacosaurus, atau “kadal beo”. Ukurannya kira-kira sebesar golden retriever, dengan duri-duri pendek di pipinya dan rahang berparuh. Duri-duri lebat tumbuh di sepanjang ekornya seperti bulu sikat gigi.
Psittacosaurus yang satu ini ditemukan di Tiongkok, tempat ia hidup sekitar 120 juta tahun yang lalu. Di masa itu, Tiongkok bukanlah lingkungan yang aman. Predator lokal termasuk Yutyrannus, raksasa mirip T. rex dengan berat satu ton atau lebih. Juga kerabat T. rex yang lebih kecil bernama Dilong.
Punggung Psittacosaurus gelap dan perut yang lebih terang, yang terlihat pada sisik spesimen yang tersisa. Warna itu membantunya menghindari cakar karnivora yang lapar. Predator modern mengandalkan bayangan objek untuk menilai bentuknya, jelas Vinther. Dan ketika mangsa lebih gelap di bagian atas daripada di bagian bawah, bayangan diminimalkan dan hewan terlihat lebih datar. Skema warna tersebut dikenal sebagai countershading.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang lingkungan dinosaurus tersebut, peneliti membuat model Psittacosaurus seukuran aslinya. Mereka mengecatnya dengan warna abu-abu kusam, memberikan latar belakang netral untuk menilai bayangan pada tubuhnya. Di kebun raya terdekat, model tersebut difoto baik pada hari cerah maupun berawan. Serta di tempat terbuka dan di bawah naungan vegetasi.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa warna Psittacosaurus memberikan kamuflase terbaik dalam cahaya redup, bukan sinar matahari penuh. Jadi, reptil itu kemungkinan besar hidup di hutan, bukan di sabana, simpul para peneliti.
Pigmen gelap dinosaurus tersebut kemungkinan juga memiliki fungsi lain. Garis-garis gelap di bagian dalam kakinya mungkin telah mengusir serangga, seperti sayatan yang menghiasi kaki zebra modern. Dan bintik-bintik di bagian luar kaki depan mungkin telah mengeraskan kulit, berkat sifat pengerasan molekul pigmen.
Baca Juga: Temuan Dinosaurus Kecil di Kolorado Bantu Pecahkan Misteri Taksonomi Purba
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR