Nationalgeographic.co.id—Dalam film layar lebar, kita sering melihat Tyrannosaurus rex digambarkan sebagai predator tangguh. Dengan tubuhnya yang besar, ia mampu mengejar mobil yang melaju. Namun, benarkah dinosaurus sebesar T.rex dapat berlari dengan cepat?
Tyrannosaurus rex merupakan dinosaurus karnivor terbesar yang hidup sekitar 66 juta hingga 68 juta tahun yang lalu. Berdasarkan laporan American Museum of Natural History, T-rex dewasa diperkirakan memiliki panjang sekitar 12 meter, tinggi 3,6 meter, dan berat rata-rata sekitar 5 hingga 7 ton. Spesimen terbesar yang pernah ditemukan bernama "Scotty". Ia diperkirakan memiliki berat sekitar 8,8 ton.
Sebuah studi menunjukkan bahwa T. rex mungkin tidak hanya lambat berlari, tetapi juga berjalan lebih pelan dari yang kita bayangkan. Berdasarkan simulasi baru yang didasarkan pada pergerakan ekor, kecepatan berjalan ideal T. rex tercatat kurang dari 3 mil per jam (sekitar 5 km/jam).
Akan tetapi, seberapa cepat makhluk sebesar itu bisa bergerak? Dilansir dari laman Live Science, sebelumnya peneliti memperkirakan kecepatan berjalan T. rex berdasarkan massa tubuh dan tinggi pinggulnya, kadang juga berdasarkan panjang langkah dari jejak kaki fosil.
Berdasarkan perkiraan tersebut, kecepatan berjalan T. rex sekitar 7,2 hingga 10,8 km/jam. Ini setara pelari amatir manusia. Dalam penelitian terbaru, alih-alih berfokus pada kaki T. rex, para ilmuwan meneliti peran gerakan vertikal ekornya, kata Pasha van Bijlert, kandidat magister di bidang paleo-biomekanika dari Vrije Universiteit Amsterdam sekaligus penulis utama studi ini.
“Ekor dinosaurus punya peran penting dalam cara mereka bergerak,” jelas van Bijlert, seperti dikutip dari laman Live Science. “Selain menjadi penyeimbang, ekor juga menghasilkan banyak tenaga untuk mendorong tubuh maju. Ini dilakukan melalui dua otot ekor besar—otot caudofemoral—yang menarik kaki ke belakang setiap langkah.”
Ekor Pasif dan Aktif
T.rex memiliki gerak tubuh yang khas. Ia berjalan dengan dua kaki, ekornya menggantung secara pasif di udara, tetapi juga secara aktif bergerak naik-turun saat berjalan.
“Kombinasi antara suspensi pasif dan aktivitas gerak ini adalah ciri khas dinosaurus; tidak ada hewan hidup saat ini yang memiliki fitur ini,” jelas van Bijlert. “Karena itu, kami sangat tertarik meneliti perannya dalam cara T. rex berjalan.”
Saat ekor T. rex berayun, energi disimpan dan dilepaskan melalui ligamen yang elastis. Ketika ayunan tersebut mencapai titik resonansi, yaitu gerakan paling besar dengan usaha paling kecil, ritme itu disebut sebagai frekuensi alami ekor menurut van Bijlert. Frekuensi ini memberikan petunjuk tentang ritme langkah T. rex ketika berjalan dengan santai.
Temuan tersebut dipaparkan dalam studi berjudul “Natural Frequency Method: estimating the preferred walking speed of Tyrannosaurus rex based on tail natural frequency” yang terbit di jurnal Royal Society Open Science. Dalam penelitian ini, model T. rex yang digunakan adalah spesimen dewasa bernama “Trix”, yang menjadi koleksi Naturalis Biodiversity Center di Leiden, Belanda.
Peneliti memindai dan memodelkan tulang ekor T.rex, merujuk pada bekas ligamen pada tulang belakang yang terawetkan dengan baik. Dari rekonstruksi digital tulang dan ligamen ini, mereka membuat model biomekanika ekor.
Van Bijlert mengungkapkan, bahwa model ekor memberi gambaran tentang frekuensi langkah yang mungkin dimiliki T. rex. Namun, kita juga harus tahu seberapa jauh setiap langkahnya. Untuk itu, mereka mengambil panjang langkah dari tyrannosaur lain yang sedikit lebih kecil dari Trix, lalu disesuaikan dengan ukuran Trix. Hasilnya, panjang langkah Trix diperkirakan 1,9 meter, lalu dikalikan dengan frekuensi langkah untuk menghitung kecepatan berjalan.
“Model dasar kami menunjukkan kecepatan berjalan ideal sebesar 4,6 km/jam,” kata van Bijlert. Ini jauh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. “Tergantung asumsi terkait ligamen dan rotasi tulang belakang, kecepatannya bisa sedikit lebih lambat atau lebih cepat (antara 2,88 hingga 5,9 km/jam), tapi tetap lebih lambat dari estimasi sebelumnya,” katanya.
Temuan ini memberi sudut pandang baru tentang seberapa cepat T. rex berjalan. Alih-alih menjadi predator yang gesit, T. rex kemungkinan lebih cocok digambarkan sebagai predator yang mengandalkan kekuatan. Dunia prasejarah ternyata menyimpan lebih banyak kejutan dari yang kita bayangkan.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science,Royal Society Open Science |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR