Spesies tikus baru telah ditemukan hidup di ketinggian Gunung Mantalingahan di Pulau Palawan, Filipina. Temuan baru ini cukup membingungkan para peneliti karena evolusi spesies tersebut jauh lebih tua dibandingkan tempat hidupnya.
Tikus berwarna abu-abu dengan kaki depan besar dan ekor berbulu halus yang tak biasa ini diperkirakan terpisah secara evolusioner dari kerabat terakhirnya sekitar 10 juta tahun silam. Sementara itu, Gunung Mantalingahan berusia tak lebih dari lima juta tahun.
“Gunung itu merupakan satu-satunya tempat kami bisa menemukan spesies ini,” ujar Lawrence Heaney, salah satu penulis studi dan Kurator Mamalia Field Museum di Chichago.
Itu berarti tikus tersebut telah berkelana jauh dari habitat asalnya hingga mencapai lokasinya sekarang. Kerabat terdekat spesies baru tersebut—yang sebetulnya tak terlalu dekat, ditemukan di Afrika.
Tikus yang diberi nama Palawanosorex muscorum atau dikenal dengan nama umum tikus lumut Palawan itu pertama kali ditemukan tahun 2007, dalam ekspedisi untuk meneliti keanekaragaman hayati Gunung Mantalingahan.
Baca juga:
Gunung Api Paling Aktif di Eropa Semakin Bergeser ke Arah Laut
Para peneliti menemukan tikus lumut Palawan di hutan pada ketinggian antara 1.550-1.950 meter, sementara total ketinggian G. Mantalingahan adalah 2.086 meter.
Hewan pengerat tersebut gemar berdiam di serasah daun di antara pohon-pohon rendah bertabur anggrek dan pakis. Mereka sepenuhnya aktif di malam hari.
Dalam penelitian yang terbit tanggal 8 Mei 2018 di Journal of Mammalogy, para peneliti mendeskripsikan, tubuh tikus ini rata-rata panjangnya 9 cm dan beratnya mencapai 20 gram saat dewasa.
“Ciri khas yang membuat tikus ini unik adalah kaki depannya yang kuat dan bulu-bulu gelap yang menutupi ekornya. Kebanyakan tikus memiliki ekor yang diselimuti oleh kulit bersisik,” ujar Heaney.
Asal-usul yang misterius
Tikus tersebut merupakan satu dari tiga spesies mamalia endemik G. Mantalingahan, yang artinya, mereka hidup secara eksklusif di wilayah geografis sempit tersebut. Dua spesies mamalia lainnya adalah tupai montana Palawan (Sundasciurus rabori) dan tikus gunung berbulu lembut Palawan (Palawanomys furvus).
Keberadaan tikus lumut Palawan ibarat potongan teka-teki yang bahkan ilmuwan tak tahu bahwa itu ada. Sebab, spesies tersebut mendahului habitatnya. Kawasan tersebut sangat aktif secara geologis, dan G. Mantalingahan tidak naik di atas permukaan laut sampai setidaknya lima juta tahun lalu. Karena itu, hewan tersebut pasti tidak berevolusi di lereng gunung.
Baca juga:
Peneliti Temukan ‘Cumi Bengkok’ di Teluk Meksiko
Jadi dari mana mereka berasal?
“Perkiraan terbaik saat ini adalah mereka datang dari Pulau Kalimantan,” kata Heaney.
Banyak hewan di Pulau Palawan yang berasal dari Kalimantan, pulau besar terdekat. Para peneliti menduga, dulu sekali mungkin pernah ada jembatan darat di antara kedua pulau tersebut saat permukaan laut lebih rendah.
Tikus tersebut kemungkinan perlu hidup di elevasi tinggi untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim hari ini. Tapi mungkin pada beberapa waktu sebelumnya, kondisi iklim sedemikian rupa sehingga hewan kecil tersebut memiliki lebih banyak peluang untuk menjelajah, jelas Heaney.
Satu-satunya masalah adalah, tidak ada seorangpun yang pernah menemukan kerabat dekat tikus lumut Palawan di Pulau Kalimantan. Saat ini, salah satu rekan penulis studi, Jacob Esselstyn, ahli biologi Lousiana State University, tengah melakukan kerja lapangan di Kalimantan untuk mencari tikus yang mungkin berkerabat dengan tikus lumut Palawan.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR