Seberapa dinginkah Bumi? Sebuah studi terbaru dari data satelit menyatakan bahwa suhu di lembah-lebah di lapisan es Antartika mencapai suhu -98° celsius (atau -148° fahrenheit).
Suhu ini lebih rendah dari sebelumnya yang hanya mencapai -93° celsius. Artinya, wilayah tersebut kini semakin dingin.
Para ilmuwan mendapat kesimpulan tersebut setelah membaca suhu satelit di daratan Antartika Timur, yang meliputi Kutub Selatan. Mereka lalu mengkalibrasi hasil pembacaan itu dengan data terbaru yang diambil dari stasiun cuaca.
Baca juga: Danau Matano, Danau Terdalam di Indonesia dan Terdalam Ke-12 di Dunia
“Saya belum pernah berada di wilayah sedingin itu, dan saya harap tidak akan pernah mengalaminya,” kata Ted Scambos, salah satu anggota peneliti dari University of Colorado-Boulder.
“Setiap napas yang dihirup di sana akan terasa menyakitkan. Anda harus berhati-hati agar udara yang masuk tidak membuat beku tenggorok atau paru-paru,” tambahnya.
Dalam studi ini, tim peneliti melihat data satelit NASA, Terra dan Aqua, serta Polar Operational Enviromental Satellites milik NOAA, dari tahun 2004 hingga 2016. Diketahui bahwa penurunan suhu biasanya terjadi pada malam hari selama musim dingin di belahan bumi selatan – tepatnya pada Juni, Juli, dan Agustus.
Penelitian terbaru ini juga menunjukkan sesuatu yang menarik tentang bagaimana rekor terendah di Antartika bisa terjadi: sama seperti ketika langit cerah dan angin tidak terlalu kencang, udara harus sangat kering untuk mendapatkan suhu di bawah nol. Setiap uap air di udara lalu akan memanaskannya.
Baca juga: Beruang Kutub Terakhir di Korsel Dikirim ke Inggris yang Lebih Dingin
“Di wilayah tersebut, kami melihat periode udara yang sangat kering. Kondisi ini memungkinkan panas dari permukaan salju memancar ke angkasa dengan lebih mudah,” kata Scambos.
Udara yang sangat kering, selanjutnya masuk ke kantung-kantung es, dan membuatnya semakin dingin. Para ilmuwan mengatakan, suhu mungkin bisa lebih rendah dari sekarang.
“Proses radiasi yang mengontrol rekor permukaan rendah, temperatur udara, dan perubahan komposisi di atmosfer, menyiratkan bahwa di masa depan, kita mungkin mengalami suhu rendah ekstrem lainnya,” tulis peneliti dalam jurnal yang dipublikasikan pada Geophysical Research Letters.
Source | : | David Nield/Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR