Tidak bisa dimungkiri bahwa lautan di dunia sudah tercemar oleh sampah, khususnya sampah plastik. Laut menerima jutaan ton sampah plastik setiap tahunnya. Bukan hanya menjadi polusi air, sampah-sampah ini nyatanya juga membawa ancaman bagi seluruh penghuni lautan.
Dalam sebuah kuliah umum di Universitas Indonesia pada tanggal 22 April 2017, Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa 22 persen isi perut ikan di Indonesia adalah sampah plastik.
Baca Juga: Psikopat Tidak Memiliki Ciri yang Sama, Penelitian Membuktikannya
Ikan yang sudah terkontaminasi dengan sampah plastik akan bahaya jika di konsumsi oleh manusia.
Sejalan dengan pernyataan Luhut, David Attenborough, penyiar dan aktivis alam dari Blue Planet II menjelaskan setidaknya ada 180 spesies hewan laut yang terdokumentasi mengonsumsi sampah plastik, termasuk ikan-ikan yang menjadi konsumsi manusia.
Kejadian seperti ini akan terus terulang jika permasalahan sampah plastik tidak segera diatasi. Jika hal ini terus berlanjut, ancaman ini akan merambat menuju kehidupan manusia sebagai konsumen ikan dan hewan laut.
Pertanyaan terbesar yang muncul dari permasalahan ini adalah, mengapa ikan tidak bisa membedakan plastik dengan makanan?
Pada dasarnya, semua hewan di lautan adalah pemburu, mereka dibekali indra yang kuat untuk mengenali berbagai objek di sekitar mereka. Sayangnya, kemampuan mereka menganggap plastik sebagai makanan.
“Hewan memiliki kemampuan indrawi yang sangat berbeda dibandingkan dengan kita. Dalam beberapa kasus mereka lebih baik, dan dalam beberapa kasus mereka lebih buruk,” kata Matthew Savoca dari Southwest Fisheries Science Center di Monterey, California.
Kemampuan indrawi ikan terlalu sulit untuk membedakan makanan dengan plastik. Ikan cenderung mengandalkan indra penciuman mereka dalam mencari makanan. Sialnya, bau yang menempel pada plastik mengundang ikan untuk menyantapnya.
Meskipun tidak semua makhluk laut mengandalkan indra penciuman, bukan berarti mereka terhindar dari ancaman sampah plastik.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | BBC,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR