Hidup di tengah masyarakat tentu harus "berdamai" dengan norma dan aturan yang berlaku. Berbeda budaya, berbeda juga norma yang ada. Beberapa perilaku pun seringkali dicap sebagai perilaku yang tidak baik dengan berbagai alasannya.
Meski demikian, seringkali norma yang ada di tengah masyarakat bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh sains. Cukup banyak contoh yang bisa diangkat terkait dengan beberapa kebiasaan yang sudah terlanjur diberi label "kebiasaan buruk".
Baca juga: 95 Kerangka Warga Kulit Hitam Korban Kerja Paksa Ditemukan di Texas
Berikut ini adalah delapan kebiasaan "buruk" yang kita miliki dan penjelasannya dari sudut pandang sains.
1. Menunda
Selama ini, perilaku menunda identik dengan perilaku malas. Menunda dianggap sebagai keengganan untuk melakukan sesuatu dengan segera. Namun, Profesor Wharton dan Adam Grant berpendapat bahwa menunda tidak melulu berarti malas.
Menurut mereka, orang yang menunda sesuatu adalah orang yang sedang menunggu waktu tepat. Dengan menunda ini, kreativitas akan mengalami peningkatan. Kesempatan lebih untuk mengembangkan ide menjadi alasan di balik argumen tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Rachel Gillett, Grant memberi contoh nyata Steve Jobs yang berperan penting akan berdirinya Apple. "Steve Jobs gemar menghabiskan lebih banyak waktu agar ide lebih banyak muncul. Hingga akhirnya ia memilih yang paling konvensional, yang paling jelas, dan paling akrab untuk masyarakat," ucap Grant.
2. Menggigit kuku atau menghisap jempol
Sebuah penelitian mengamati 1.000 anak sejak masih berusia 5 tahun. Saat usia anak 5, 7, 8, dan 11 tahun, peneliti bertanya pada orangtuanya apakah anak mereka gemar menggigit kuku atau mengisap jempol.
Berdasarkan pertanyaan tersebut, ada tiga kelompok yang ditemukan, yakni kelompok pengisap jempol, penggigit kuku, dan anak yang memiliki kebiasaan keduanya.
Saat anak-anak berusia 13 dan 32 tahun, peneliti melakukan sebuah tes alergi. Hasilnya, kelompok yang suka menggigit kuku atau menghisap jempol cenderung tidak memiliki alergi. Dengan penelitian ini, terungkap bahwa perilaku menggigit kuku atau menghisap jempol mungkin mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap alergi.
3. Datang terlambat
Sering datang terlambat atau kenal dengan orang yang sering datang terlambat? Tentu anda atau orang tersebut akan dikenal sebagai orang yang tidak disiplin dan tidak baik.
Namun, sebuah pemberitaan The New York Times berkata lain. "Banyak orang yang terlambat cenderung menjadi seorang yang optimis. Hal ini dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap waktu. Mereka benar-benar percaya bisa berlari untuk melakukan beberapa pekerjaan dalam waktu 1 jam. Seperti mengambil pakaian di binatu, membeli bahan makanan, dan mengantar anak-anak ke sekolah," ucap Diana DeLonzor, pengarang buku Never Be Late Again.
Dengan kata lain, orang-orang yang suka datang terlambat berharap bisa melakukan yang terbaik.
Baca juga: Gelombang Panas Memunculkan Sejumlah Situs Sejarah yang Hilang
4. Mengeluh
Punya teman atau kenalan yang suka mengeluh memang menyebalkan. Namun, penelitian terbaru yang diwartakan oleh The Atlantic menemukan bahwa mereka yang suka mengeluh sebenarnya lebih bisa berpikir secara spesifik dan cenderung lebih bahagia.
"Keluhan yang efektif adalah mengeluhkan masalah yang dapat diperbaiki dan ditujukan pada seseorang yang punya kekuatan untuk memperbaikinya," kata Guy Winch, seorang psikolog yang mendalami emosi.
Guy mengatakan bahwa ada tiga cara yang tepat untuk mengeluh tanpa merugikan orang lain. Pertama, kurangi mengeluh agar orang yang mendengarkan tidak bersikap defensif. Kedua, sampaikan keluhan dengan cara bersahabat. Terakhir, beri tahu orang bahwa tindakan apa pun yang mereka lakukan akan sangat dihargai.
5. Mengunyah permen karet
Mengunyah permen karet saat berbicara dengan orang lain memang tidak sopan. Namun, melakukannya saat tidak sedang berbicara dengan orang lain dapat menjadi kunci untuk produktivitas dan relaksasi.
Beberapa penelitian menunjukkan, mengunyah permen karet dapat membantu Anda merasa lebih waspada. Bahkan, ada sebuah penelitian yang membuktikan bahwa orang yang suka mengunyah permen karet memiliki hasil tes kecerdasan yang lebih baik dibanding dengan mereka yang tidak mengunyah permen karet.
Penelitian lain menunjukkan, mengunyah permen karet dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi tingkat hormon stres kortisol.
6. Meja berantakan
Hal ini mungkin menjadi hal yang paling banyak terjadi pada kita semua. Terkait kebiasaan membuat meja kerja berantakan, sebuah temuan membuktikan bahwa kekacauan di atas meja akan mendorong produktivitas. Dorongan untuk termotivasi mencari sesuatu di tumpukan barang yang berantakan menjadi alasannya.
7. Gelisah
Gelisah yang ditandai dengan mengetuk kaki atau menggoyangkan jari tangan saat duduk di meja ternyata dapat berdampak baik untuk kesehatan.
Sebuah studi menemukan, wanita yang lebih banyak gelisah saat bekerja mengalami risiko kematian yang lebih rendah dibanding wanita yang tidak pernah gelisah. Bahkan, hubungan antara duduk lama di kursi dengan kematian bisa hilang karena gelisah.
Baca juga: Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Andalan PD I yang Lahir di Blitar
8. Melamun
Pada tahun 2010, para ahli memublikasikan beberapa temuan menarik yang menunjukkan bahwa melamun beberapa menit dapat membuat seseorang menjadi lebih produktif dan kreatif.
Sebagai contoh, penelitian yang dimuat dalam The Harvard Business Review menemukan bahwa melamun selama 12 menit saat sedang mengerjakan tugas sulit dapat membantu peserta menemukan solusi.
Walaupun para peneliti sudah memublikasikan temuannya terkait beberapa perilaku di atas, namun label "kebiasaan buruk" ini masih terus melekat di masyarakat. Bagaimana pendapat Anda?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR