Sebelum ditemukan, dia dan saudara laki-lakinya menemukan sebuah gua saat sedang mencari ayahnya. Mereka memasuki gua dan berjalan di kegelapan dalam waktu yang lama sampai akhirnya mereka keluar dan melihat cahaya yang sangat terang.
Cerita ini ditulis oleh dua penulis kronik abad ke-12, Ralph of Coggestall (meninggal tahun 1228 M), seorang kepala biara Cistercian di Coggeshall yang mencatat kisah ini di the Chronicon Anglicanum (English Chronicle) dan William of Newburgh (1136-1198 AD), seorang sejarawan dan kanon Inggris di Newburgh Priory Augustinian, yang mencakup kisah ini dalam karyanya di Historia rerum Anglicarum (History of English Affairs) .
Coggestall dan Newburgh menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi dalam masa pemerintahan Raja Stephen (1135-54) atau Raja Henry II (1154-1189).
Kisah ini telah bertahan selama delapan abad namun fakta kebenaran cerita ini masih belum diketahui.
Selama berabad-abad, banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan cerita ini, salah satunya mengenai penyebab warna hijau pada kulit mereka. Dalam sebuah laporan dituliskan bahwa anak-anak tersebut menderita Anemia Hipokromik, yang awalnya dikenal sebagai Chlorosis (berasal dari kata Yunani 'Chloris', yang berarti kuning kehijauan).
Baca Juga : Mewabah di Tiongkok, Kini Bali Waspadai Penyebaran Virus ASF
Kondisi ini disebabkan karena pola makan yang sangat buruk sehingga memengaruhi warna sel darah merah mereka dan menghasilkan warna kulit kehijauan.
Teori ini diyakini benar karena terdapat bukti bila kulit anak perempuan tersebut dapat kembali normal setelah dirinya menjalani pola hidup sehat.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR