Nationalgeographic.co.id - Safiq Fadilah, santri dari Pondok Pesantren Nuruh Huda, Purbalingga, terjatuh ke jurang sedalam tujuh meter saat mendaki Gunung Slamet, Jawa Tengah. Safiq terpeleset bebatuan di kawasan batu merah di sekitar puncak. Kawasan tersebut memang rawan di kalangan para pendaki.
Koordinator basecamp Gunung Slamet Dusun Bambangan, Purbalingga, Slamet Ardiyansah mengatakan bahwa korban berangkat bersama rombongan yang berjumlah 6 orang. Mereka berangkat dari basecamp pada Selasa (25/9/2018) sekitar pukul 13.00 WIB. Keesokan paginya, rombongan melanjutkan perjalanan ke puncak dan turun menjelang siang.
Salah satu rekan Safiq yang mendaki bersamanya segera menelepon basecamp untuk meminta pertolongan sesaat setelah Safiq terjatuh.
Baca Juga : Gereja Ayam, Tempat Beribadah Yang Kini Menjadi Tempat Wisata
“Sekitar pukul 12.15 WIB, basecamp menerima telepon mengaku dari pendaki. Dia melaporkan jika ada temannya yang jatuh ke jurang di kawasan batu merah puncak,” kata Slamet, melansir Kompas.com, Kamis (4/10/2018).
Tim SAR segera menuju ke lokasi jatuhnya Safiq dan melakukan proses evakuasi. Safiq segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
Proses evakuasi Safiq membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit. Korban berhasil diangkat dari dasar jurang menjelang malam. Korban kemudian ditandu dari puncak hingga ke basecamp. Setelah itu, Safiq segera dilarikan ke Puskesmas Karangreja dan akhirnya dirujuk ke RS Siaga Medika.
“Korban mengalami luka di bagian pelipis karena terbentur batu saat terjatuh,” tambahnya.
Untuk menghindari hal serupa, Slamet mengimbau kepada para pendaki untuk meningkatkan kewaspadaan ketika berada di kawasan batu merah dan batas vegetasi sekitar puncak.
Baca Juga : Belum Ada Teknologi Yang Dapat Menentukan Kapan Gempa Datang, Mengapa?
Selain itu, pihak pengelola jalur Bambangan melarang pendaki berada di puncak lebih dari pukul 12.00. Sebab setelah lewat tengah hari, cuaca di puncak dapat berubah dalam hitungan menit.
“Kami juga batasi durasi pendaki di puncak tidak lebih dari 50 menit, walaupun sekarang statusnya normal, namun Gunung Slamet itu gunung aktif, jadi mengantisipasi keluarnya gas beracun dari dalam kawah,” ujarnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR