Nationalgeographic.co.id - Penelitian ini mungkin menjadi yang paling lama dalam sejarah. Pasalnya, studi yang dilakukan peneliti University of Edinburgh baru akan selesai pada 2514.
Studi tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak 2014. Jadi, masih membutuhkan 495 tahun lagi untuk mengetahui hasil akhirnya. Apa yang membuat proyek ini sangat lama?
Dilansir dari Kompas.com, menurut tim peneliti, alasannya sebenarnya cukup sederhana: yakni untuk mencari tahu berapa lama mikroba dapat bertahan hidup. Oleh sebab itu, penelitiannya harus terus berlanjut dalam waktu yang lama.
Baca Juga : Memanfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Menerjemahkan Pikiran Seseorang
Untuk melakukan penelitian ini, ilmuwan menempatkan 400 botol bakteri Bacillus subtilis dalam kondisi kering sehingga membentuk spora. Botol kemudian ditutup rapat dan ditutup dengan timah untuk melindunginya dari radiasi karbon atau sinar kosmik yang dapat menyebabkan kerusakan DNA.
"Apakah mikroba akan bertahan lama ataukah ada sebagian yang akan mati terlebih dahulu. Ini akan menjadi eksperimen ilmiah terlama yang pernah dibuat," kata Ralf Möller, pemimpin studi dari the German Aerospace Center, dikutip dari Kompas.com.
Dalam percobaan tersebut, setiap dua tahun (untuk 24 tahun pertama), satu set botol akan dibuka untuk melihat bagaimana spora itu bekerja. Setelah 24 tahun pertama, pengecekan berkala akan dikurangi frekuensinya menjadi satu kali setiap 25 tahun hingga tahun 2514.
Untuk saat ini, hasilnya menunjukkan bahwa penyimpanan dalam waktu dua tahun ternyata tidak memberikan perbedaan. Diketahui bahwa sampel tidak terpengaruh paparan sinar X, ultraviolet, hidrogen peroksida, dan suhu tinggi.
Sebenarnya, penelitian ini tidak sulit. Hanya perlu mengecek bakteri-bakteri secara berkala. Namun, tantangan terbesarnya adalah memastikan ada orang yang terus melakukannya tugas tersebut sesuai jadwal, dari sekarang hingga beratus tahun kemudian.
Baca Juga : Ilmuwan Kembangkan Pil untuk Mengatasi 'Wabah' Kesepian, Seperti Apa?
Saat ini, ilmuwan yang bertanggung jawab atas studi tersebut, sudah menyiapkan USB dengan instruksi lengkap untuk para peneliti di generasi selanjutnya. Meski begitu, tidak ada yang bisa menjamin apakah cara tersebut bisa berhasil. Bisa jadi, teknologi itu akan rusak dalam beberapa tahun mendatang.
Catatan dalam buku juga belum tentu bisa bertahan mengingat kertas akan segera menguning dan hancur. Dengan kata lain, tidak ada strategi yang sepenuhnya aman untuk 495 tahun ke depan.
Melihat hal tersebut, tim peneliti saat ini meminta agar penanggung jawab selanjutnya untuk menyalin instruksi agar tetap relevan secara linguistik dan teknologi setiap 25 tahun. Mari berharap percobaan ini dapat berhasil dan tidak dilupakan seiring berjalannya waktu.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR