Nationalgeographic.co.id—Banyak orang belum paham bahwa Hindu India dan Hindu Bali memiliki banyak perbedaan. Perbedaan ini terjadi karena agama Hindu Bali mengalami proses adaptasi terhadap kondisi budaya, sosial, dan politik wilayah setempat.
Proses adaptasi atau akulturasi agama Hindu Bali ini pernah diulas dalam artikel berjudul "From Agama Hindu Bali to Agama Hindu and back: Toward a relocation of the Balinese religion?" karya Michel Picard.
Picard memaparkan bahwa agama Hindu di Indonesia mengharuskan dirinya untuk bisa memenuhi standar agama yang ditetapkan negara, yakni memiliki konsep ketuhanan yang monoteistik. Perdebatan panas ihwal hubungan antara agama dan adat juga mewarnai sejarah pengakuan Hindu Bali.
Menurut para orientalis, agama Hindu dibawa masuk ke Bali oleh para penakluk Jawa dari Majapahit pada abad ke-14. Saat Majapahit jatuh ke tangan Islam pada permulaan abad ke-16, para bangsawan Jawa yang menolak untuk mengonversi kepercayaannya melarikan diri ke tempat keluarganya di Bali dan melestarikan peradaban Hindu-Jawa di sana.
Agar Hindu diakui sebagai agama, orang Bali berusaha untuk menyetarakan agama mereka dengan Islam dan Kristen. Dalam konfrontasinya dengan para guru sekolah Islam dan misionaris Kristen, sebagaimana dikutip dari laman CRCS UGM, orang Bali kemudian berusaha untuk memformulasikan agama mereka secara serius.
Upaya formulasi itu dilakukan karena pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, Kementerian Agama menetapkan beberapa ketentuan untuk pengakuan sebuah agama. Beberapa ketentuan tersebut adalah agama harus bersifat monotheistik, mempunyai sistem hukum yang terkodifikasi bagi pengikutnya, mempunyai kitab suci dan nabi, mendapatkan pengakuan internasional, dan kongregasinya tidak boleh terbatas pada satu kelompok etnis tertentu.
Hindu Bali kala itu tentu tidak dapat memenuhi kriteria untuk dapat diakui sebagai agama, tetapi hanya sebagai kepercayaan, yang bahkan bukan hanya terbatas pada satu pulau melainkan juga pada desa-desa tertentu yang tidak memiliki sebuah ketentuan umum yang berlaku di seluruh Bali. Oleh karena itu, orang Bali memerlukan reformasi agar tidak menjadi sasaran dakwah Islam atau misi Kristen.
Pada tahun 1950, Menteri Agama datang ke Bali untuk membicarakan persoalan ini. Namun, orang Bali tidak mampu meyakinkan Menteri Agama ketika ditanyai mengenai agama mereka.
Dua tahun kemudian, orang Bali akhirnya bersepakat untuk menamai agama mereka Agama Hindu Bali, nama yang diusulkan kaum bangsawan konservatif (triwangsa) pada 1920-an.
Sebelumnya, mereka memang tidak mempunyai satu nama tertentu untuk apa yang kemudian mereka sebut sebagai agama itu. Baru ketika mereka mengadopsi istilah agama, mereka mulai menggunakan istilah Agama Bali dan kemudian menggunakan istilah Hindu Bali untuk membedakannya dengan Islam Bali atau Kristen Bali ketika beberapa orang Bali telah menjadi Muslim atau Kristen.
Baca Juga: Perbedaan Hindu Bali dan Hindu India yang Belum Banyak Orang Pahami
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR