Nationalgeographic.co.id - Mauro Morandi, 79 tahun, sering berjalan di sepanjang pantai berbatu di Pulau Budelli dan memandang jauh ke arah laut yang muram, merasa kerdil di hadapan kekuatan dahsyat tak terlihat yang menarik dan menggulung ombak.
"Kita berpikir bahwa kita adalah raksasa yang dapat mendominasi Bumi, tetapi kita hanyalah nyamuk," ujar Morandi.
Tahun 1989 silam, di hamparan laut antara Sardina dan Corsica, dengan mesin yang mati dan jangkar terapung, katamaran—kapal yang mempunyai dua badan kembar yang sejajar yang terapung di permukaan air— milik Morandi dicengkeram oleh kekuatan dahsyat dan terbawa hingga pantai Pulau Budelli.
Baca Juga : Berasal dari Tiongkok, Ini Sejarah Mangkuk Ayam Jago yang Tersohor
Ketika ia mengetahui bahwa penjaga pulau tersebut memutuskan akan berhenti dari pekerjaannya, Morandi—yang telah lama melepaskan angan untuk hidup di tengah masyarakat—menjual katamaran miliknya dan mengambil alih posisi sang penjaga.
Ia telah tinggal di pulau tersebut selama 29 tahun terakhir.
Taman Nasional Kepulauan Maddaline terdiri dari tujuh pulau, dan Budelli dianggap sebagai pulau tercantik di antara semuanya berkat Spiaggia Rosa, atau Pantai Pink.
Pasir berwarna merah muda itu mendapatkan rona tak biasa dari fragmen-fragmen mikroskopis yang terdapat pada terumbu karang dan cangkang kerang—yang perlahan berubah menjadi serbuk akibat dibilas ombak tanpa henti.
Pada awal tahun 1990-an, Spaggia Rosa disebut sebagai tempat dengan "nilai alam tinggi" oleh pemerintah Italia. Pantai itu ditutup untuk melindungi ekosistemnya yang rapuh, dan hanya beberapa area tertentu yang masih bisa diakses oleh pengunjung.
Dalam waktu singkat, pulau yang tadinya menampung ribuan wisatawan per hari, kini hanya dihuni oleh satu orang.
Tahun 2016, setelah perseteruan hukum selama tiga tahun antara pebisnis Selandia Baru dan pemerintah Italia untuk memperebutkan kepemilikan pulau, pengadilan memutuskan Budelli menjadi bagian dari Taman Nasional Maddalena.
Source | : | CNN,National Geographic |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR