Tulisan papan selamat datang di wilayah bantaran Sungai Crystal bukanlah hal yang biasa Anda lihat: “Informasi manatee: Putar ke gelombang 1610 AM.” Jarang ada Balai Kota dengan patung mamalia laut langka bercat merah-putih-biru di depannya.
Tanyakanlah di mana pesohor akuatik ini bisa ditemui, dan puluhan toko selam setempat akan menawarkan tur snorkeling di Teluk Kings. Anda juga bisa menyewa kayak dan mendayung ke salah satu mata air hangat tempat manatee berkumpul selama musim dingin. Atau jika Anda ingin menonton dari darat, langsung datangi saja kanal barat Mata Air Three Sisters.
Setibanya di sana, dalam beberapa menit Anda akan melihat manatee pertama meluncur bagaikan hantu pucat di air kanal sehijau zamrud. Mereka sendirian, atau bersama seekor anak, atau kadang bertiga atau berempat. Orang bergantian datang dan pergi menyaksikannya.
“Mirip kaleng minyak besar karatan yang mengambang di air,” kata seorang pria. Bila ada kontes kecantikan fauna, sosok-sosok tambun yang melintas di bawah jembatan itu tidak akan menjuarainya. Satu-satunya warna yang terlihat adalah merah jambu bekas luka akibat sambaran baling-baling kapal.
“Tidak ada lagi ruang untuk manatee,” kata pria lain mengomentari binatang yang harus berbagi kanal sempit itu dengan lalu lintas kapal. “Ini sebuah keniscayaan.” Dia menggeleng-geleng. “Jika suatu tempat dikomersialkan, orang-orang menjadi abai.”
Penduduk Teluk Kings punya pendapat kuat tentang manatee. Suaka Margasatwa Sungai Crystal melingkupi sebagian besar Teluk Kings, danau seluas 240 hektare yang bermuara di Teluk Meksiko, 150 kilometer di utara Tampa.
Secara geografis, Kota Sungai Crystal menghubungkannya—atau bisa dibilang merengkuhnya, walau ini tak selalu bermakna kiasan. Sesungguhnya ada masa saat sebagian penduduk menganggap manajer suaka margasatwa Michael Lusk sebagai penjelmaan iblis.
Ketika tiba di Sungai Crystal pada 2009, Lusk langsung terjun ke tengah kemelut: peraturan pemerintah versus kebebasan pribadi, akses publik versus kepemilikan pribadi, perubahan versus tradisi, idealisme versus uang. Kendati konflik lokal merupakan cerminan isu nasional, penyebabnya unik dan keunikannya ironis: manatee, makhluk sejinak beruang teddy.
!break!
Memiliki bobot hingga lebih dari 500 kilogram, manatee hindia barat tampak mirip lumba-lumba gemuk atau paus kecil, meskipun tidak memiliki hubungan dengan keduanya. Faktanya, manatee justru berbagi leluhur dengan gajah. Manatee tidak memiliki lapisan lemak seperti paus, yang memungkinkan paus bertahan dalam suhu dingin.
Di air bersuhu kurang dari 20oC mereka akan melemah dan mati. Subspesies yang hidup di Amerika Serikat adalah manatee florida, yang merambah area pesisir Samudra Atlantik dan Teluk Meksiko; pada musim dingin ketika temperatur laut anjlok, mereka berkumpul di mata air alami di darat dan sumber kehangatan lainnya, termasuk pipa pembuangan pembangkit listrik.
Di Teluk Kings, manatee memperoleh tempat pengungsian musim dingin yang nyaris sempurna. Puluhan manatee menyebar di sekitar mata air alami bersuhu stabil di kisaran 22oC sepanjang tahun. Area Teluk Kings sangat sesuai untuk manatee, sehingga populasi musim dinginnya bertambah dari sekitar 30 ekor pada 1960-an menjadi lebih dari 600 ekor kini, sejalan peningkatan hingga 5.000 ekor di seluruh Florida.
Kapan pun dari November hingga Maret, warga di bantaran Sungai Crystal dapat secara harfiah berjalan keluar dari pintu rumah mereka dan melihat puluhan manatee berenang, bersantai, dan tidur di kanal kota bagai anjing malas yang meringkuk di halaman.
“Ini pada dasarnya adalah spesies satwa liar urban yang hidup di halaman belakang kami, 15 meter dari tempat tidur kami,” ujar pakar biologi USGS Robert Blonde. “Walaupun seliar gajah bebas, mereka toh ada di sini.”
Kepadatan ini secara de facto menjadikan Sungai Crystal ibu kota manatee di Amerika Serikat, gelar yang ditunjang oleh keunikan lainnya.
Dari Fiksi Jadi Memori: Kisah Siti Nurbaya Jadi Identitas yang Kuat di Kota Padang
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR