Nationalgeographic.grid.id—"Kita takut juga kalau dia melahirkan di jalan, sehingga kita memang harus hati-hati."
Mansetus masih ingat betul kejadian menegangkan tersebut. Hari itu matahari sudah tenggelam. Lampu penerangan di jalan pedesaan minim. Apalagi di jalanan luar desa yang bersisian dengan perkebunan dan hutan, tidak ada penerangan jalan sama sekali. Mansetus hanya bisa mengandalkan lampu sepeda motor untuk menerangi jalannya.
Suatu malam di bulan Mei 2005 itu, dengan sepeda motornya, Mansetus membonceng seorang ibu yang sedang hamil tua dari Kolaka, salah satu desa di Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mansetus hendak membawanya ke Puskesmas Waikilibang di Desa Ratu Lodong, Kecamatan Tanjung Bunga, agar ibu itu bisa melahirkan dengan selamat.
Ada dua nyawa yang bergantung pada genggaman tangan Mansetus di setang motor: sang ibu hamil dan bayi dalam kandungannya. Kemampuan mengemudi motor Mansetus menjadi taruhan.
"Kita bonceng ibu pelan-pelan dan ada juga satu orang lagi di belakang yang ukuran badannya lebih kecil untuk dia bisa tahan ibu dari belakang," cerita Mansetus kepada National Geographic Indonesia pada 8 November 2024.
Rekan Mansetus yang duduk di ujung jok belakang itu bertugas memastikan agar sang ibu hamil tidak terjengkang dari motor. Tentu akan sangat berbahaya bagi nyawa sang bayi maupun sang ibu jika ibu hamil tersebut tiba-tiba menggeblak dari boncengan motor ke jalanan tanah yang rusak dan bergelombang.
"Jalan berbatu, dan berlumpur kalau di musim hujan, sehingga memang jalannya sulit. Tetapi kita berusaha jalan dengan kecepatan yang rendah karena kita takut juga kalau dia melahirkan di jalan, sehingga kita memang harus hati-hati," tutur Mansetus.
Jarak antara Desa Kolaka ke Puskesmas Waiklibang adalah sekitar 15 kilometer. Namun jalan yang dilewati bukanlah jalanan mulus beraspal yang diterangi lampu-lampu jalan seperti jalan tol kota.
Waktu tempuh Mansetus malam itu terasa lama baginya karena ia harus segera membawa ibu hamil itu ke pusat layanan kesehatan, tetapi di sisi lain ia tetap harus hati-hati memacu pelan sepeda motornya agar sang ibu selamat selama perjalanan.
Akhirnya, Mansetus tiba di Puskesmas Waiklibang. Setelah 15 menit ditangani oleh tenaga kesehatan, malam itu sang ibu berhasil melahirkan bayinya dengan selamat. Sang ibu juga selamat.
Suami ibu hamil tersebut sedang bekerja di luar desa sehingga tak bisa menemani ibu itu melahirkan. Sang suami bekerja sebagai kuli jalanan, sedang mengerjakan proyek pengaspalan jalan, jauh dari desanya.
"Suaminya datang bukan saat itu juga karena memang situasinya juga sudah gelap sehingga dia tidak bisa datang, dia tidak mendapat kendaraan. Suaminya keesokan harinya baru dia ke puskesmas," kata Mansetus. "Suaminya mengucapkan terima kasih kepada kami."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR