Peragaan busana "Code Underbridge In Fashion" menampilkan bahan-bahan bekas menjadi gaun-gaun malam dan baju-baju trendi. Bukan hanya untuk keperluan pameran, busana dari "limbah" ini akan diproduksi massal.
“Rencananya kami akan memproduksi massal agar masyarakat Jogja khususnya bisa turut memanfaatkannya.Ini juga bentuk komitmen kami pada penyelamatan lingkungan,” papar Indro Klimpling, ketua penyelenggara Code Underbridge in Fashion, saat memberikan sambutan di pembukaan peragaan busana yang berlangsung di bawah Kali Code, Rabu (27/8).
Bupati Sleman, Sri Purnomo, yang turut hadir mengaku bangga dengan produk pakaian dari bahan limbah." Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang dianggap sampah oleh masyarakat ternyata bisa memiliki daya tarik tersendiri," katanya.
Saat acara di bawah jembatan Kali Code, para model mengenakan pakaian yang terbuat dari kain perca dengan aksesori dari tali rafia, CD, dan bungkus makanan ringan. Indro menjelaskan, "Ini langkah awal mewujudkan Yogyakarta sebagai daerah dengan ikon 'reuse recycle fashion'. Kami berharap baju limbah ini dapat ditindaklanjuti. Hal ini bisa menjadi menjadi daya tarik wisata baru di Yogyakarta,” tambah Indro.
Walikota Yogyakarta Herry Zudianto mengaku mendukung bila baju dari limbah sampah ini dapat menjadi ikon baru Yogyakarta. Sebenarnya, beberapa kampung di Yogyakarta sudah mulai mengolah bahan sampah menjadi sebuah pakaian, namun belum terlihat bagus karena tidak ada arahan dari perancang khusus.
Peragaan busana tersebut diikuti oleh sembilan desainer muda dari Yogyakarta, seperti Darie Gunawan, Theo Ridzki, Lutfi Labibie, dan Lia Properca. Tema yang diangkat adalah Bless For Water, Beauty Rubbish, Romantic Spartan, Dunia Fantasi, dan Blanc.
REKOMENDASI HARI INI
Demokrasi Yunani: Pengaruh Filsuf dan Oligarki dalam Sejarah Politik
KOMENTAR