Gajah Borneo (Elephas maximus borneensis) diperkirakan hanya tinggal 20-80 individu di wilayah utara Kalimantan Timur. Namun, di lokasi yang berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia, ini habitat mereka malah terancam.
Menurut data yang dirilis World Wildlife Fund (WWF), ancaman utama gajah Borneo adalah perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini memicu timbulnya konflik antara gajah kerdil Borneo itu dengan manusia.
Dari tahun 2005-2007, tercatat sekitar 16 ribu tanaman sawit milik masyarakat dan perusahaan perkebunan rusak dimakan gajah. Pemantauan tahun 2005-2009 menyebut ada 11 desa yang rawan konflik gajah. Semua desa-desa tersebut berada di Kabupaten Nunukan, Kaltim.
Untuk mengurangi risiko konflik berkepanjangan, WWF Indonesia bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim dan Pemerintah Kabupaten Nunukan. Mereka akan membantu pembentukan anggota Satuan Tugas (satgas) mitigasi konfik gajah yang anggotanya terdiri dari masyarakat setempat.
Tugas utama Satgas ini adalah melakukan pencegahan dan penanggulangan konflik gajah. "WWF Indonesia mengharapkan adanya dukungan operasional serta pendampingan dari pemerintah dan pihak swasta kepada anggota Satgas gajah tersebut,” kata Agus Suyitno, Staff Mitigasi Konflik Gajah WWF Indonesia di Nunukan, dalam rilis yang diterima National Geographic Indonesia, Rabu (18/4).
Selain merangkul masyarakat, pemerintah dan LSM, WWF juga bekerjasama dengan perusahaan konsesi yang beroperasi di wilayah habitat gajah. Survei WWF-Indonesia tahun 2010-2011 memfokuskan kegiatan di wilayah konsesi hutan alam PT Adimitra Lestari yang dilewati oleh sungai–sungai utama di Kabupaten Nunukan. Seperti Sungai Agison, Sibuda, Tampilon, Apan, yang merupakan habitat terakhir serta jalur lintasan gajah Borneo di wilayah Indonesia
"Kehadiran gajah Borneo sudah ada jauh sebelum kami beroperasi di wilayah tersebut, sehingga keberadaan mereka harus dihargai," kata Bambang Supriambodo sebagai Direktur Utama PT Adimitra Lestari.
Gajah Borneo merupakan subspesies terpisah dari gajah Sumatra dan daratan Asia lainnya. Hal itu telah dibuktikan melalui uji DNA pada tahun 2003. Karena ukuran tubuhnya yang relatif paling kecil di antara gajah lainnya, Gajah Borneo kerap dijuluki Borneo pygmy elephant atau gajah kerdil Borneo. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengklasifikasikan satwa ini dalam kategori terancam.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR