Tepat pada 68 tahun lalu, pasukan sekutu pimpinan Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Pulau Morotai, Halmahera, Maluku Utara. MacArthur sebagai Panglima Perang Pasifik menerapkan taktik lompat katak menuju Jepang. Morotai menjadi salah satu wilayah lompatannya.
MacArthur dipercaya mengurus pendudukan Jepang dari tahun 1945 hingga 1955. Khusus untuk di Morotai, MacArthur berjasa dalam pendirian Bandara Pitoe pada 19 September 1944. Tidak mudah untuk mendirikan infrastruktur di Morotai. Dalam dokumentasi foto di Museum Perang Dunia II Morotai, pasukan sekutu harus menghadapi medan berlumpur dengan ketinggian sedada prajuritnya.
Richard Mortt, mantan anak buah MacArthur selama di Morotai, mengakui ketangguhan alam pulau yang termasuk salah satu terluar di Nusantara. "Saya hanya ingat Morotai adalah pulau koral yang indah. Tapi panas dan penuh lumpur," kata Mortt yang saat ini sudah berusia 87 tahun.
Sebagai bentuk peringatan pendaratan sekutu, digelar Sail Morotai 2012. Acara puncaknya bertepatan pada 15 September 2012, 68 tahun pasca kedatangan MacArthur. Acara utamanya adalah sailing pas yang menampilkan parade 21 kapal. Di antaranya kapal perang, kepolisian, dan pemerintahan.
Sailing pass dipimpin KRI Slamet Riyadi nomor lambung 352. Diikuti KRI Halim Perdana Kusuma dengan nomor lambung 355.
Arkeologi Morotai
Sebagai lokasi yang terlibat PD II, Morotai penuh dengan "sampah" perang. Warga bisa mudah menemukan peluru, botol, kaleng ransum, bahkan kendaraan amphibi, dan pesawat terbang di daratan dan lautan Morotai. Bekas peninggalan perang ini sebagian dikumpulkan, masuk dalam Museum Perang Dunia II Morotai.
Dikatakan konsultan museum tersebut, Djoko Dwiyanto, koleksi yang mereka miliki merupakan sumbangan warga. "Mesiu dan senjata adalah penemuan paling menarik. Warga sering melapor ada penemuan seperti itu di hutan," kata Djoko yang juga arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Museum ini merupakan perintis karena rencananya akan dibangun yang lebih besar. Berdampingan dengan museum Trikora yang saat ini masih dalam perencanaan pendirian.
PD II dan peristiwa Trikora dianggap berhubungan karena keduanya menggunakan Morotai sebagai batu loncatan. PD II menjadikan Morotai loncatan menuju Filipina dan Jepang, Trikora menggunakannya sebagai landasan ke Papua --dulunya Irian Jaya. "Museum ini sebaiknya dijadikan aktivitas wisata bernilai ekonomi. Dilakukan pengembangan internal bersama Pemda agar potensi historisnya bisa dijual," ujar Djoko.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR