Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu mengatakan berbagai pihak terkait di Kota Solo hingga kini sedang mematangkan proposal kepada UNESCO guna mendapatkan status Kota Kreatif.
"Sekarang tahapannya sedang mematangkan proposal. Para pemangku kepentingan di Solo sudah bergabung, bekerja sama dengan pemda untuk mematangkan. Batas waktunya November. Nanti akan dievaluasi oleh tim," katanya di Solo, Minggu (22/9/2013) malam.
Menparekraf didampingi Wali Kota Solo FX Hadi Rudiyatmo mengemukakan hal itu setelah menutup "Solo International Performing Art 2013" di Benteng Vasternburg, Kota Solo, 20-22 September, yang ditandai dengan pemukulan kenong.
Mari mengemukakan proses mencapai status Kota Kreatif yang diberikan UNESCO sebagai hal penting yang harus diperhatikan berbagai pihak terkait.
Kemenparekraf mengajukan empat kota di Indonesia kepada Unesco untuk mendapatkan status sebagai Kota Kreatif, yakni Kota Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Bandung. Kota Solo dengan Bandung diajukan sebagai Kota Kreatif berbasis desain, sedangkan Yogyakarta dan Pekalongan berbasis kriya dan kesenian rakyat.
Menparekraf menjelaskan status itu bermanfaat mendorong suatu kota makin berkembang kepariwisataannya, karena akan lebih banyak wisatawan berkunjung.
Menurut dia, relatif banyak agenda berlangsung di Kota Solo dengan kreativitas yang terus berkembang dan apresiasi masyarakat yang juga cukup kuat. "Banyak ’event’ termasuk berskala internasional berlangsung di Solo, termasuk Solo International Performing Art. Ini memperkaya kita," katanya.
Pemerintah pusat menjalin sinergi dengan pemda setempat untuk mengembangkan berbagai fasilitas untuk menuju Kota Kreatif. "Rencananya Gedung Juang Kota Solo akan dikembangkan sebagai galeri dan museum sebagai ruang mewujudkan kreativitas," katanya.
Pergelaran Solo International Performing Art 2013 berakhir Minggu hingga menjelang tengah malam, dengan ditandai pementasan tarian "Bidadari Genit" (GPH Paundrakarna J.S., Solo), tarian tunggal "Bharatanatyam" (Kiran Rajagopal, India), tarian "Serumpun Budaya Negeri" (University Malaysia Sabah, Malaysia).
Selain itu, performa "The Rolling Stones" (Laura Kriefman, Inggris), karya musik "Dhukka" (Sanggar Seni Tarara Madura), ensamble musik "Sambrah Betawi" (Dinas Kebudayaan Jakarta Utara).
"Kami mengapresiasi pergelaran Solo International Performing Art ini. Kemajuan kreativitas Kota Solo ini luar biasa, penontonnya juga mampu mengapresiasi pertunjukan. Mereka tenang dan jumlahnya banyak. Apresiasi dan pemahaman penonton itu penting," kata Mari.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR