Berbagai wilayah di Indonesia mulai memasuki musim hujan. Di beberapa tempat, hujan tidak datang sendirian, tetapi ditemani angin puting beliung.
Di berbagai belahan dunia, bencana alam biasanya diberi nama. Meski tidak terlalu familiar bagi kebanyakan orang, dan bukan termasuk wilayah yang sering diterpa badai, Indonesia juga memiliki nama badai seperti Anggrek, Bakung, Cempaka, dan lain-lain.
Tetapi, siapa yang tidak mengenal badai Katrina atau topan Sandy? Dari mana--dan bagaimana--nama-nama ini sebenarnya muncul?
Badai tropis diberi nama dengan menggunakan metode standar yang disusun oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Praktik penamaan badai (siklon tropis) dimulai bertahun-tahun lalu, untuk membantu proses identifikasi badai sebagai bagian dari sistem peringatan terhadap bahaya.
Nama dianggap lebih mudah diingat ketimbang angka-angka atau istilah teknis lainnya. Banyak pihak sepakat bahwa penamaan badai (atau bencana alam lainnya) memudahkan media dalam melaporkan isu siklon tropis, serta meningkatkan kewaspadaan warga.
Berdasarkan pengalaman, penggunaan nama yang singkat dan unik (baik untuk ditulis maupun diucapkan) mengurangi risiko kesalahan dalam proses identifikasi, ketimbang identifikasi berdasarkan informasi latitude dan longitude (koordinat).
Awalnya, penamaan dilakukan secara "suka-suka". Badai di Samudra Atlantik yang menghancurkan kapal bernama Antje kemudian hari diberi nama Topan Antje. Pada pertengahan 1900-an, penggunaan nama yang bersifat feminin pun mulai digunakan.
Agar lebih tertib, para pakar meteorologi kemudian memutuskan untuk menggunakan nama berdasarkan susunan alfabet dalam mengidentifikasi badai. Jadi, badai yang dimulai dengan huruf "A", seperti Anne, menjadi badai yang pertama kali muncul dalam tahun tertentu. Pada akhir 1900-an, para pakar mulai menggunakan nama yang lebih maskulin untuk badai-badai di Hemisfer Selatan.
Sejak 1953, badai tropis Atlantik dinamakan menggunakan daftar yang dibuat oleh National Hurricane Center. Nama-nama itu kini dikelola dan diperbarui oleh sebuah komite internasional yang tergabung dalam WMO. Awalnya, nama-nama dalam daftar itu hanya berisi nama-nama wanita. Pada 1979, barulah nama pria diperkenalkan dan digunakan secara bergantian dengan nama wanita. Enam nama digunakan secara rotasi. Artinya, nama yang digunakan pada 2008 akan digunakan lagi pada 2014.
Apakah nama-nama dalam daftar tersebut bisa berubah? Bisa saja, jika badainya begitu mematikan atau menimbulkan kehancuran yang luar biasa, sehingga jika digunakan lagi akan menimbulkan dampak yang sensitif (bagi korban). Contohnya adalah badai Katrina (AS, 2005), Mitch (Honduras, 1998), dan Tracy (Darwin, 1974).
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR