Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui Direktorat Aneka Energi Baru Terbarukan bersama Hivos, organisasi pembangunan Belanda, menyelenggarakan diskusi yang kembali membahas kerja sama multipihak untuk program Pulau Ikonis Sumba di Bogor, Senin (11/11) ini.
Hivos memperkenalkan inisiatif ini tahun 2010 dengan dukungan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia. Inisiatif ini segera disambut sangat baik pemerintah daerah di empat Kabupaten Sumba, PLN, dan pemerintah provinsi di NTT. Pada November 2012, Bank Pembangunan Asia (ADB) turut bergabung untuk mempercepat realisasinya.
Pulau Sumba yang terletak di Provinsi NTT terpilih sebagai pilot project perdana untuk energi terbarukan karena merupakan salah satu daerah termiskin di Indonesia. Mayoritas 650.000 penduduknya tidak memiliki akses terhadap listrik. Pada tahun 2010, 70 persen dari populasi ini menggunakan minyak tanah yang cukup mahal sebagai pencahayaan dan kayu bakar untuk memasak yang berpolusi dan berdampak buruk untuk kesehatan.
"Energi terbarukan (angin, air, surya, biomasa dan biogas) adalah yang terbaik dan solusi biaya yang paling efektif bagi orang-orang di pulau-pulau terpencil," ungkap Sandra Winarsa, Program Officer Green Entrepreneurship/Sustainable Energy Hivos.
Alihuddin Sitompul, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan EBTKE, KESDM mengatakan, “Pencapaian target 100 persen energi terbarukan di Pulau Sumba dapat dilakukan melalui kerjasama yang baik antar banyak pemangku kepentingan.”
Perkembangan implementasi program Pulau Ikonis Sumba dapat diakses melalui situs resmi Hivos.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR