Produksi massal mobil tenaga listrik buatan dalam negeri akan terhambat oleh karena ketersediaan infrastruktur pengisian daya baterai. Pengisian daya umumnya hanya bisa dilakukan di rumah.
Alhasil, mobil hanya bisa berjalan pada jarak maksimal 100 kilometer.
"Kami akan mendorong agar tempat pengisian daya listrik sama dengan tempat pengisian bahan bakar," kata Asisten Deputi Iptek Kementerian Negara Ristek Pariatmono, dalam pameran mobil listrik di Surabaya (8/12).
Menurut Pariatmono, pengadaan tempat pengisian aliran masih perlu waktu lama. Pihaknya terus menyosialisasikan hal itu ke beberapa kota di Pulau Jawa, di antaranya Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta.
"Infrastruktur kota-kota itu seperti jalan dan listrik relatif mendukung, mobil ini ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi," tuturnya.
Anggota tim sosialisasi mobil listrik Kemenristek Rusdianto, menambahkan, mobil listrik berdaya 120 kilowatt jam yang melewati medan rata tanpa hambatan hanya dapat menempuh jarak 100 kilometer. Kecepatannya pun maksimal 100 kilometer per jam.
Dibandingkan dengan mobil yang berbahan bakar minyak, biaya operasional mobil listrik per 1 kilometer hanya 0,20 persen. Efisiensi penggunaan energi 28 persen. Sedangkan, mobil berbahan bakar minyak 14 persen.
Onderdil yang diperlukan dalam pembuatan mobil listrik jugahanya sepersepuluh dari mobil berbahan bakar minyak. Hal itu menurunkan biaya perawatan kendaraan. Namun sebagian besar onderdil masih diimpor.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR