Nationalgeographic.co.id—Lingkungan yang sehat adalah yang memiliki ekosistem beraneka ragam kehidupan hayati. Setiap spesies punya peranan penting dalam pelestarian lingkungan, seperti burung dan kupu-kupu.
Manusia pun harus merawat kelestarian ini dengan memberikan habitat tanpa gangguan. Sejak 2015, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan terbengkalai menjadi Taman Heulang yang memiliki luas 2,8 hektare. Taman ini memiliki potensi untuk beberapa spesies makhluk hidup.
Pada 2018, diketahui bahwa ada 17 jenis burung yang dapat dijumpai di Taman Heulang. Belantara Foundation, dalam rilis, mengungkapkan bahwa data ini perlu pemutakhiran untuk mengetahui perubahan jumlah jenis burung sebagai potensi keanekaragaman hayati.
Oleh karena itu, pihak Belantara Foundation bersama berbagai program studi dan lembaga penelitian di Universitas Pakuan, komunitas KupuKita, dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) melakukan pendataan pada Sabtu, 18 Mei 2024.
"...sangat penting dilakukan pendataan biodiversitas seperti jenis-jenis tumbuhan, burung, dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut," kata Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation.
Kolaborasi yang melibatkan mahasiswa dan generasi muda, Dolly berpendapat dapat menjadikan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang sebagai laboratorium alam dan tempat menimba pengetahuan. Tim kegiatan ini juga diikuti oleh berbagai murid SMA/SMK dan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan tim, ada 15 jenis burung dan 16 kupu-kupu yang mengisi Taman Heulang. Di antara 15 burung, beberapa di antaranya adalah yang paling umum ditemui di perkotaan seperti walet linchi (Collocalia linchi), burung gereja eurasia (Passer montanus), dan kapinis rumah (Apus nipalensis).
Berikutnya, ada jenis burung endemik jawa seperti kipasan belang (Rhipidura javanica), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), pipit haji (Lonchura maja), pemakan benalu: cabai jawa (Dicaeum trochileum) , Cinenen jawa (bahasa Latin: Orthotomus sepium), dan kacamata biasa (Zosterops melanurus).
Burung endemik Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Pasifik, pun ditemukan dalam pengamatan, seperti cucak kutilang (P. aurigaster), Layang-layang batu (Hirundo tahitica), Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Ungkut ungkut (Psilopogon haemacephalus), burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), dan merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier).
Semua burung memiliki manfaat terhadap keanekaragaman hayati. Burung lainnya yang ditemui, cabai jawa (Dicaeum trochileum) berperan penting sebagai pemakan tumbuh-tumbuhan benalu. Burung juga berperan penting dalam penyebaran biji tumbuhan dan pengendali hama.
Kupu-kupu juga berperan penting dalam penyerbukan. Tanpa proses penyerbukan, reproduksi tumbuh-tumbuhan melalui bunga tidak bisa berlangsung.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR