Banjir selalu datang bersama sejumlah penyakit menular yang harus diwaspadai. Selama terjadi banjir di beberapa wilayah Jakarta, masyarakat diimbau untuk melakukan antisipasi terhadap enam jenis penyakit, yaitu diare, demam berdarah dengue (DBD), leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan penyakit saluran cerna lain.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya di Jakarta, Senin (13/1), meminta masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan individu dan kebersihan lingkungan untuk dapat menghindari penyakit-penyakit tersebut.
"Seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Antara lain makan-minum yang baik dan bersih, selalu makanan yang sudah dimasak, jangan jajan sembarangan, istirahat yang cukup, tetap upayakan kebersihan diri dan lingkungan, jangan buang sampah sembarangan dan senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)," papar Tjandra.
Salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan kebersihan individu adalah diare di mana pada saat banjir, sumber air minum khususnya yang berasal dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.
Pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian di mana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Hal itu berpotensi menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat. Selain selalu cuci tangan pakai sabun, Tjandra mengingatkan masyarakat untuk membiasakan mengonsumsi air minum yang bersih dan direbus hingga mendidih setiap saat serta menjaga kebersihan lingkungan.
Musim penghujan juga menyebabkan adanya peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor yang menularkan penyakit demam berdarah, karena pada saat-saat ini banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu.
Penyakit lain yang mengintai seiring dengan bencana banjir adalah leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira yang termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui binatang. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri dan berkeliaran disekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
"Seseorang yang ada luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut dapat terinfeksi dan jatuh sakit," kata Tjandra. Pencegahannya, adalah dengan kembali menjaga kebersihan dan menghindari untuk bermain air saat terjadi banjir, terutama jika ada luka di badan.
Ia melanjutkan, penyakit ISPA yang seringkali terjadi di tempat pengungsian banjir merupakan infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya dengan gejala utama berupa batuk dan demam serta jika telah berat tingkat infeksinya dapat disertai sesak napas dan nyeri dada.
Untuk penanganan ISPA, disarankan penderita untuk memperbanyak istirahat, melakukan pengobatan simtomatis sesuai gejala, meningkatkan daya tahan tubuh. Serta mencegah penularan pada orang sekitar dengan menutup mulut ketika batuk dan tidak meludah sembarangan.
Penyakit kulit juga seringkali terjadi yang dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain. Masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan faktor kebersihan makanan untuk mencegah penyakit saluran cerna lain seperti demam tifoid.
Bagi masyarakat yang terpaksa mengungsi, Tjandra berpesan agar tetap menjaga kesehatan serta selalu menjaga kebersihan lokasi pengungsian. Selain itu masyarakat juga dapat segera berkonsultasi kepada petugas kesehatan jika memiliki keluhan untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan lebih dini.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR