Sejumlah ilmuwan Australia meminta tolong masyarakat untuk berbagi foto kumis. Bukan kumis manusia, melainkan kumis singa laut Australia. Tujuannya, untuk membantu penelitian dalam bidang pengenalan dan pelacakan satwa yang terancam punah tersebut.
Proyek pengumpulan foto itu disebut 'Whisker Patrol' yang artinya 'Patroli Kumis'. Foto-foto yang terkumpul akan diteliti untuk melihat apakah ada keragaman totol kumis di antara satwa-satwa tersebut, dan apakah pola kumis bisa digunakan sebagai alat untuk mengenali dan melacak masing-masing satwa.
Selama ini, susah memonitor satu-satu singa laut, karena warna bulu mereka rata-rata sama, dan berubah seiring waktu.
"Singa laut Australia tak memiliki totol atau garis yang membedakan masing-masing dari mereka," jelas peneliti Dr Chandra Salgado Kent, dari Sentra Ilmu dan Teknologi Kelautan Universitas Curtin di Perth.
"Saat ini, singa laut harus ditangkap dan dibius untuk ditandai, misalnya dengan menggunakan micro-chip, guna mempelajari mereka sebagai individu lintas siklus perkembangbiakan."
Maka, tim peneliti itu ingin tahu, apakah pelacakan individu singa laut bisa digunakan dengan membedakan masing-masing satwa dari pola totol kumisnya.
Metode ini sudah digunakan untuk mengidentifikasi singa dan juga beruang kutub. Ada tanda-tanda bahwa metode tersebut bisa juga digunakna untuk singa laut Australia. Maka, tim tersebut meminta bantuan masyarakat untuk berbagi foto singa laut berkualitas tinggi.
Dengan memonitor masing-masing singa laut, akan bisa diketahui gambaran populasi satwa tersebut, dan juga cara mereka menggunakan habitat mereka.
"Saat ini, kita tak tahu pasti apakah jumlah mereka menurun atau meningkat," jelas Salgado Kent. Kini, peneliti meminta kepada publik foto-foto resolusi tinggi singa laut.
Namun, tim itu juga memperingatkan, saat mengambil foto jangan berada terlalu dekat dengan satwa. "Saat membantu kami, ingat untuk menjaga jarak 10 meter dari singa laut, seperti yang disebutkan dalam panduan Departemen Hutan dan Satwa. Mereka memang lucu dan menggemaskan, tapi mereka tetap hewan liar," ucap salah satu peneliti, Sylvia Osterrieder.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR