Sekitar setengah juta anak di Gaza kembali bersekolah setelah konflik selama 50 hari antara Israel dan milisi Palestina. Tahun ajaran baru ditunda selama lebih dua minggu, setelah perang yang menewaskan lebih 2.140 warga Palestina.
Menurut PBB, lebih 500 anak-anak tewas, 200 sekolah rusak dan beberapa hancur sama sekali karena pemboman.
Konflik yang dimulai pada tanggal 8 Juli ini adalah yang terbanyak menewaskan warga sejak penarikan mundur Israel dari wilayah Palestina pada 2005.
Sebagian sekolah di bawah PBB masih dipakai sebagai tempat perlindungan bagi penduduk yang harus meninggalkan tempat tinggalnya karena perang. Tahun ini para guru dan pengurus sekolah mengatakan mereka akan memusatkan perhatian lebih dulu kepada trauma emosional yang kemungkinan masih dirasakan anak-anak.
Sejumlah anak diberikan konseling kejiwaan sebelum mengikuti pelajaran di kelas umum. Badan PBB bagi bantuan untuk pengungsi Palestina (UNRWA) yang menjalankan 245 sekolah di Gaza memberikan pelatihan khusus kepada sejumlah guru.
PBB memperkirakan 373.000 anak di Gaza akan memerlukan dukungan psikososial secara langsung dan khusus pada tahun ajaran ini.
Kelompok hak asasi Israel Gisha menyatakan sebelum perang, Gaza sudah kekurangan 259 sekolah, sebagian karena pembatasan yang diterapkan Israel terhadap pengiriman bahan bangunan.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR