Gedung berlantai dua memanjang berdiri di pinggir salah satu jalan pusat kota Banda Aceh, lengkap dengan pintu kayu dan jendela kaca. Lantainya berwarna krem dan terlihat sedikit mengkilat berkat pantulan cahaya yang menerobos dari jendela.
Tetapi tidak ada kegiatan di dalam gedung. Pintu pagar dan pintu gedung terkunci rapat. Dari balik jendela kaca, tidak terlihat meja atau pun komputer di dalam ruangan.
Padahal di bagian depan terpampang tulisan "Samsung IT Learning Centre."
Itulah gedung bantuan raksasa perusahaan teknologi Korea Selatan. Berdasarkan tulisan di plakat, gedung diresmikan November 2009, sekitar lima tahun setelah bencana gempa dan tsunami yang menghancurkan sebagian wilayah Provinsi Aceh.
Sekitar enam kilometer dari gedung Samsung, saya menemukan bangunan lain yang juga tidak dimanfaatkan. Puskesmas pembantu sumbangan dari Bulan Sabit Merah.
\'Pembiaran\'
Dari segi luasnya, bangunan ini lebih layak disebut sebagai puskesmas atau bahkan klinik. Namun plafon sudah lapuk, dinding keropos. Pintu dan jendela tertutup. Dan tidak ada aktivitas pengobatan di sini.
Dua rumah untuk dokter atau mantri kesehatan yang terletak persis di samping bangunan puskesmas memang terisi, tetapi mereka adalah penyewa dua rumah tersebut.
Menjawab pertanyaan BBC Indonesia, Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengakui banyak gedung bantuan internasional pasca tsunami 2004 terbengkalai.
"Memang dalam hal ini masih banyak hal yang belum terselesaikan. Kita lihat juga seperti pembiaran di mana gedung-gedung atau bangunan-bangunan yang telah terbangun tidak terpakai. Banyak sekali," kata gubernur di Banda Aceh, Senin (22/12).
!break!\'Meminta maaf\'
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah Aceh akan membuat inventarisasi gedung-gedung yang belum digunakan. Walaupun belum ada data pasti jumlah bangunan dan fasilitas warisan dunia yang terbengkalai, masalah ini mungkin akan mengecewakan para donatur.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR