Jutaan pengungsi melarikan diri dari kekacauan berdarah di Irak dan Suriah, seorang kontraktor asal Inggris Andrew Drury sedang mempersiapkan perjalanan yang tidak biasa, yakni sebuah liburan di wilayah konflik.
Drury (50) memiliki sebuah rute untuk menyusuri daerah Kurdish yang dekat dengan wilayah yang berada di dekat garis depan gerakkan ISIS.
"ini pertanyaan yang sulit, seberapa banyak resiko yang akan diambil?" Ia merenung. "Kalian bisa saja pergi dengan suku Kurdish yang berjuang di luar Mosul, Saya ingin melihat suku Yazidis lagi.. untuk melihat apakah suku yang saya temui dahulu masih hidup atau tidak."
Orang ini memiliki kenangan indah bersama suku Yazidih karena keramahannya ketika Ia menginap saat perang sebelumnya. Ini adalah salah satu perjalanan favoritnya.
Sejak lebih dari 20 tahun, Drury telah menjalankan kehidupan ganda. Ia adalah seorang suami, ayah dan pemilik dari sebuah perusahaan konstruksi yang sukses di perdesaan Surrey, yang berada tidak jauh dari London. Tetapi kecintaannya terhadap mengunjungi tempat paling berbahaya di dunia menjadi suatu hal yang dapat memberikan Ia semangat baru.
Ketika ia sedang melakukan perjalanan safari di Uganda, Drury sengaja menyebrangi perbatasan Democratic Republic of Congo, dan terpaksa melarikan diri dari parang para petani. Sejak saat itu, pelancong ini sudah pernah tiba di pusat kota Mogadishu dan pusat-pusat kota pemberontak Afganistan.
Memang ada unsur mencari sensasi, Drury menjelaskan, tetapi sikapnya telah beruabh dari waktu ke waktu. Pada awalnya Ia melakukan perjalanannya dengan sepupu dan dua orang lainnya yang memang berani mengambil resiko. Namun, beberapa tahun belakang ini, Ia menjelajah sendirian dan menjadi lebih dekat dengan komunitas lokal yang ia temui. Saat ini ia sudah disponsori oleh tim bola basket dari kota favoritnya, Mogadishu, dan akan kembali untuk melihat pertandingan basketnya.
Untuk perjalanannya menuju Syiria, Drury membuat sebuah rencana perjalanan dengan operator khusus yang dapat menyediakan kebutuhan terhadap keamanan dirinya. Ia meneliti setiap lokasi secara langsung ketika sampai.
Tetapi dari pengalamannya, berkomunikasi dengan mereka yang hidup di dalam kekacauan dapat membimbingnya ke dalam pengalaman yang tidak terlupakan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR