Setelah pencarian panjang, tim ilmuwan akhirnya berhasil menemukan tempat Philae berada. Hampir dua tahun lalu, pendarat komet milik European Space Agency (ESA) itu mencetak sejarah baru sebagai robot antariksa pertama yang mendarat di komet.
Philae dibawa oleh pesawat antariksa Rosetta, yang meninggalkan Bumi pada 2004. Setelah perjalanan selama 10 tahun melintasi kegelapan antariksa, Philae pertama kali mendarat di komet 67P/Churyumow-Gerasimenko pada 12 November 2014.
Pendaratan di permukaan komet tak berjalan mulus. Jangkar Philae mengalami kegagalan, alih-alih melekat saat pendaratan, Philae justru memantul. Akibatnya, Philae harus melayang tak tentu arah di atas komet selama dua jam yang menyiksa, kemudian mencoba mendarat dan memantul kembali, hingga akhirnya jatuh.
Saat Philae akhirnya ‘menyerah’, tak ada yang tahu di mana lokasinya. Selama beberapa waktu, petunjuk terbaik berasal dari foto-foto yang dikirimkan Philae ke Bumi. Foto-foto tersebut menunjukkan bahwa Philae tidak mendarat dengan tegak.
Permasalahannya, foto itu juga menunjukkan bahwa Philae tergeletak di daerah yang tertutup bayangan tebing, dan tanpa sinar matahari, baterai tenaga surya pendarat komet tersebut akan kehabisan daya. Tentu saja, hanya dalam beberapa hari, Philae mati total.
Para ilmuwan berharap Philae akan bangun ketika orbit komet membawanya lebih dekat dengan Matahari. Tetapi Philae tetap bergeming, kecuali mengirimkan beberapa sinyal singkat pada musim panas tahun 2015. Pada Februari lalu, Philae secara resmi dianggap mati, atau hibernasi selamanya.
Meski demikian, para ilmuwan tidak berhenti mencari robot seukuran mesin cuci itu. Dengan berakhirnya misi pesawat antariksa Rosetta pada 30 September mendatang, waktu pencarian semakin singkat.
Tim ilmuwan terus mencoba meneliti foto-foto komet yang dikirim Rosetta dan menggunakan data radio untuk mencoba dan menentukan kemungkinan lokasi Philae.
Observasi menunjukkan bahwa Philae berada di wilayah yang disebut Abydos, bagian lobus komet yang lebih kecil dan berbentuk seperti bebek, bukannya di zona pendaratan yang direncanakan, yakni Agilkia. Bagian lobus itu mungkin luasnya hanya beberapa puluh meter persegi, namun banyak terdapat sudut gelap dan celah-celah sempit.
Selama beberapa bulan, beberapa kandidat obyek terlihat, namun resolusi gambar-gambar itu terlalu rendah untuk dilihat secara detail.
Dewi fortuna akhirnya berpihak kepada para ilmuwan. Pada 2 September, Rosetta kembali mengirimkan foto komet, tetapi kali ini, pesawat antariksa itu hanya sejauh 2,7 kilometer di atas permukaan komet.
Dalam salah satu foto, anggota tim bernama Cecilia Tubiana melihat sesuatu terselip di celah dekat tebing dengan bentuk yang amat jelas. Tubiana telah menemukan Philae yang berkaki tiga, dalam keadaan terjungkir balik.
“Saya langsung mengenali Philae, tidak ada keraguan sama sekali,” kata Tubiana, peneliti Solar System Research di Max Planck Institute.
“Saya tak percaya akhirnya kami menemukannya hanya satu bulan sebelum misi Rosetta berakhir! Saya sangat bahagia!” ujarnya bersemangat.
Saat ini, dengan ditemukannya Philae, para ilmuwan akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Robot pendarat komet itu tidak akan melakukan misi ilmiah lagi, tetapi para ilmuwan tetap dapat menganalisis data dari Philae selama operasi singkatnya pada November 2014. Tak lama lagi, komet akan membawa Philae dan Rosetta pergi, menjauhi Matahari, menuju kegelapan antariksa yang kekal. Selamat jalan Philae dan Rosetta.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR