Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Community Psychology pada bulan Januari 2018 menyimpulkan bahwa "identitas penggemar musik heavy metal membantu peserta bertahan menghadapi tantangan lingkungan yang menantang dan membangun identitas dan komunitas yang kuat dan berkelanjutan, sehingga mengurangi potensi masalah kesehatan mental".
Peneliti Paula Rowe dan Bernard Guerin dari University of South Australia mengadakan pembicaraan berulang-ulang dan informal dengan 28 orang berusia antara 18 dan 24 tahun, yang mengidentifikasi diri dengan musik metal.
Tema umum yang dicatat di antara kelompok tersebut termasuk diintimidasi dan dikucilkan di sekolah, menikmati musik heavy metal saat dikucilkan, dan menggunakan heavy metal untuk "mengusir pengganggu jauh-jauh " dan menemukan kelompok pertemanan.
"Diluar pengalaman situasi keluarga yang kuat, pengucilan, intimidasi dan kesepian, para peserta ini menjalani periode kehidupan ini dengan sedikit atau tanpa masalah kesehatan mental eksplisit," kata studi tersebut.
Baca juga: Korban Perdagangan Seks AS Ceritakan Pengalaman Pahitnya
"Jadi, jauh dari musik dan identitas metal dapat menyebabkan mereka memiliki masalah kesehatan mental, sebagaimana opini masyarakat mungkin, kebanyakan dari mereka dapat bertahan menghadapi tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan masa muda mereka dengan memanfaatkan musik heavy metal."
Dr. Dingle mengatakan bahwa dia berharap studinya dan orang lain akan dapat mengubah persepsi publik tentang budaya heavy metal.
"Ini membantu mematahkan mitos bahwa ada sesuatu yang secara inheren bersifat negatif atau berbahaya atau nakal karena mendengarkan musik metal," kata Dr Dingle. "Jenis musik ini tidak menyebabkan masalah kesehatan mental," imbuhnya.
Artikel ini sudah pernah tayang di Australiaplus.com. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR