Belum ada yang pernah menempatkan pendarat di sisi terjauh Bulan. Dan Tiongkok, ingin jadi yang pertama melakukannya. Akhir pekan lalu, negara ini meluncurkan Queqiao – satelit yang akan mengorbit Bulan untuk menyampaikan pesan dari wahana penjelajah luar angkasa, Chang’e-4.
Kita pernah melihat sisi terjauh Bulan berkat pelacak, pengorbit, dan misi Apollo. Namun, satu-satunya objek buatan manusia yang berhasil menuju ke sana adalah Ranger 4 -- pesawat luar angkasa yang didesain untuk mengirim foto-foto permukaan Bulan – sebelum dia menabrak permukaannya. Sayangnya, Ranger 4 tidak berfungsi dan tidak ada data ilmiah yang diperoleh.
Salah satu rintangan utamanya adalah ketika pendarat sampai di sisi terjauh, Bulan akan melindungi dirinya dari sinyal radio yang dikirim kembali ke Bumi. Oleh sebab itu, solusi harus ditemukan dan di situlah peran Queqiao.
Baca juga: Peneliti Temukan ‘Imigran Antarbintang’ Pertama di Sistem Tata Surya
Nama Queqiao memiliki arti “Jembatan Magpie”, diambil dari cerita rakyat Tiongkok yang berjudul Gembala Sapi dan Gadis Penenun. Pada legenda tersebut, kedua tokoh menjalin kisah cinta terlarang sehingga mereka dibuang ke sisi langit yang berlawanan. Namun, sekali dalam setahun, burung-burung magpie akan membentuk jembatan dan pasangan ini pun bisa bertemu.
Queqiao sendiri akan bertindak sebagai jembatan penghubung antara Chang’e-4 (yang akan diluncurkan tahun ini) dengan Bumi. Queqiao akan bertengger di titik Langrangian – ‘spot parkir’ di luar angkasa di mana ia bisa ‘duduk diam’ terhadap dua benda yang massanya lebih besar (Bumi dan Bulan).
Dari lima titik Langrangian, Queqiao akan berada di L2 – sejajar dengan posisi Bumi dan Bulan. Dari sudut itu, Queqiao dapat memantulkan sinyal radio yang dikirimkan Chang’e-4 kembali ke Bumi. Ini berlaku ke arah sebaliknya sehingga para ilmuwan di Bumi bisa mengontrol robot pendarat.
Meskipun begitu, Queqiao tidak hanya pasrah menunggu Chang’e-4. Satelit ini juga membawa antena radio yang akan dipasang di sisi jauh Bulan untuk pertama kalinya. Antena yang bernama Netherlands Chinese Low-Frequency Explorer (NCLE) mungkin dapat membantu kita untuk menerima frekuensi radio dari ledakan Big Bang yang sebelumnya tidak pernah sampai ke Bumi.
“Astronom mempelajari alam semesta menggunakan gelombang radio serta cahaya dari bintang dan planet yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kami dapat menerima hampir semua frekuensi gelombang radio di Bumi,” papar Heino Falcke, astrofisikawan dari Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON).
“Namun, bagaimana pun juga, kamu tidak mampu mendeteksi gelombang radio di bawah 30 MHz karena terhalang oleh atmosfer. Padahal, frekuensi tersebut mengandung informasi tentang awal pembentukan alam semesta. Itulah sebabnya kami ingin mengukurnya,” tambah Falcke.
Baca juga: NASA Temukan Air di Bulan Jupiter, Tanda Adanya Kehidupan Alien?
Source | : | Michelle Starr/Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR