Nationalgeographic.co.id - Sebuah objek misterius yang ukurannya 12 kali lebih besar dari Jupiter, terlihat ‘mengambang’ sendiri di ruang angkasa, dengan jarak sekitar 20 tahun cahaya dari Bumi.
Diketahui bahwa ia tidak terikat dengan bintang mana pun dan merupakan objek pertama dari jenisnya yang berhasil dideteksi melalui teleskop radio.
“Objek ini memiliki ciri antara planet dan katai cokelat,” ujar Melodie Kao, astronom dari Arizona State University.
Katai cokelat merupakan objek yang sulit dikategorikan – terlalu besar untuk dikatakan sebagai planet, namun juga sangat kecil sebagai bintang. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai ‘bintang yang gagal’.
Baca juga: Video: Ketika Meteorit Menabrak dan Terjatuh di Bulan
Pertama kali terdeteksi pada 2016 menggunakan teleskop Very Large Array (VLA), peneliti mengidentifikasi objek tersebut sebagai katai cokelat.
Namun, ketika tim lain mempelajari data katai cokelat, mereka menyadari bahwa salah satu objeknya, bernama SIMP J01365663+0933473, lebih muda dibanding yang lainnya.
Dengan usianya tersebut, alih-alih sebagai ‘bintang gagal’, sebenarnya ia termasuk ‘planet yang mengambang bebas’.
Planet raksasa ini diketahui memiliki aurora meskipun kekurangan angin matahari yang secara tradsional mendorongnya. Masih belum jelas bagaimana ia terbentuk.
Baca juga: Manusia Belum Bisa Menempati Planet Mars, Apa Alasannya?
Hasil analisis menunjukkan bahwa medan magnet planet ini sangat kuat. Bahkan, 200 kali lebih kuat dari Jupiter. Itu bisa menjelaskan mengapa ia juga memiliki pancaran aurora yang kuat. Peneliti dapat menemukan planet ini berkat tanda radio dari aurora-nya.
“Objek ini sangat menakjubkan. Mempelajari mekanisme dinamo magnetiknya dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana mekanisme yang sama dapat beroperasi pada planet di luar tata surya kita,” kata dr. Kao.
Menurut para ilmuwan, studi mereka membuktikan bahwa emisi radio aurora dapat digunakan untuk menemukan lebih banyak planet di luar tata surya kita – termasuk yang mengembara sendiri tanpa melekat dengan bintang.
Penelitian ini dipublikasikan pada The Astrophysical Journal.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR