Nationalgeographic.co.id - Tiongkok kembali menunjukkan kekuatannya untuk bersaing dengan negara adikuasa dalam bidang teknologi antariksa. Baru-baru ini, mereka mengumumkan siap menjalankan misi ambisiusnya yaitu meluncurkan 'bulan' yang dibuat oleh tangan manusia ke angkasa.
Bulan buatan manusia ini merupakan satelit dengan cermin luar angkasa berukuran raksasa yang bisa memantulkan sinar matahari ke Bumi.
Baca Juga : Peneliti: Kepunahan Mamalia 50 Tahun Mendatang Disebabkan Oleh Manusia
Wu Chenfung, Kepala Lembaga Penelitian Sains dari Institut Chengdu, Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya, menyebutkan, penelitian yang meliputi verifikasi pelucuran, injeksi robot, pembongkaran, pencahayaan, penyesuaian dan pengendalian bulan buatan manusia ini, ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan siap mengorbit pada tahun 2022.
"Pada saat itu, tiga bulan dengan cermin besar akan membagi bidang orbit 360 derajat dan menerangi suatu daerah selama 24 jam terus menerus," ucap Wu.
Ia menambahkan, sinar matahari yang dipantulkan dapat menerangi area seluas 3.600 sampai 6.400 kilometer persegi, dengan kekuatan cahaya delapan kali lebih terang dari cahaya bulan.
Saat ini, Bulan mengorbit sekitar 380.000 kilometer dari Bumi. Namun, bulan buatan manusia tersebut diperkirakan akan ditempatkan di orbit berjarak sekitar 500 kilometer dari Bumi.
Menanggapi kekhawatiran orang-orang apakah cahaya bulan buatan manusia akan mengganggu siklus siang sampai malam dan dapat mempengaruhi rutinitas sehari-hari hewan dan tumbuhan, Wu mengatakan bahwa kekuatan cahaya dan waktu iluminasi dapat disesuaikan dan akurasinya bisa dikontrol dalam jarak beberapa meter.
Saat bulan buatan manusia mengorbit, orang-orang hanya akan melihat bintang terang yang berada di langit dan menyinari jalanan.
Proyek tersebut bertujuan untuk penerangan jalan dan penghematan listrik. Jika pada malam hari tiba-tiba terjadi mati listrik, maka tidak menjadi masalah karena orang-orang tetap bisa beraktivitas seperti biasanya.
"Kalau bulan buatan menerangi area seluas 50 kilometer persegi, artinya kita dapat menghemat 1,2 miliar yuan muatan listrik. Bulan buatan manusia juga dapat menerangi suatu kawasan gelap, misalnya saat terjadi bencana gempa bumi yang membuat aliran listrik terputus," ucap Wu.
Amerika Serikat dan Rusia juga pernah meneliti dan mengkaji bulan buatan manusia, berharap hal tersebut bisa membawa kenyamanan di malam hari.
Baca Juga : Mengunjungi Air Terjun dan Makam 'Kakek Bodo' di Tretes Jawa Timur
Pada tahun 1990-an, Rusia pernah melakukan eksperimen yang disebut dengan Banner, yaitu menguji gagasan dengan menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya matahari ke Bumi. Namun, cermin tersebut gagal berfungsi di ruang angkasa sehingga eksperimen tidak dilanjutkan kembali.
"Tiongkok, Rusia, AS, Jepang, dan Uni Eropa sedang berjuang untuk membuat terobosan teknologi pada aplikasi energi luar angkasa," ucap WU.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR