Nationalgeographic.co.id - Mungkin bagi beberapa orang, Human Immunodeficiency Virus atau biasa disebut HIV menjadi ancaman saat ini. Namun, bukan hanya sekarang, HIV sudah menjadi mimpi buruk di dunia sejak puluhan tahun lalu.
Para ahli dari Universitas Oxford, Inggris, menemukan fakta bahwa HIV awalnya berasal dari Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo. Ia diperkirakan mulai menyebar di sana sejak 1920-an.
Dilansir dari Kompas.com pada Senin (5/11/2018), para ahli mengungkapkan penyebaran virus tersebut dibantu oleh transportasi kereta api dan pekerja seks, terutama ketika banyak kaum muda datang ke wilayah tersebut untuk mencari penghasilan.
Baca Juga : Kontroversial, Tiongkok Melegalkan Penggunaan Cula Badak dan Tulang Harimau untuk Pengobatan
Ketika semakin banyak manusia yang melakukan perjalanan, maka virus tersebut juga semakin menyebar hingga akhirnya menjadi pandemi seperti saat ini.
"Faktor ekologi mendorong penyebaran HIV dengan cepat," ucap Nuno Faria, peneliti dari Universitas Oxford, Inggris.
Faria dan tim memastikan hal tersebut setelah membuat pohon keluarga HIV dengan melihat genom yang dikumpulkan dari 800 orang Afrika Tengah yang terinfeksi. Mereka membandingkan dua urutan genom dan menghitung perbedaan di dalamnya. Dengan cara tersebut, tim dapat mencari tahu dua keturunan terakhir dari nenek moyang yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Faria menyimpulkan bahwa genom HIV berasal dari nenek moyang yang sama dan usianya tidak lebih dari 100 tahun yang lalu.
Hal tersebutlah yang menguatkan dugaan Faria bahwa HIV mulai berkembang sekitar 1920 dan berasal dari Kinshasa yang sekarang menjadi ibu kota Republik Demokratik Kongo.
Baca Juga : Laika, Anjing Pertama yang Dikirim ke Luar Angkasa dan Mengorbit Bumi
Meski sudah mengetahui akar virus HIV, namun sampai saat ini Faria dan tim masih melakukan tes genetik untuk membantu mengindentifikasi titik-titik intervensi kesehatan masyarakat yang bisa membantu mengurangi penyebaran infeksi.
"Meski sudah tahu dari mana asalnya, tapi kita juga harus tahu di mana hal ini akan berakhir," ucap Faria.
Source | : | Kompas.com,Science Alert |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR