Nationalgeographic.co.id - Konservasi yang dilakukan untuk menyelamatkan keberadaan gorila tampaknya berhasil. International Union for Conservation of Nature (IUCN) baru memperbaharui status gorila dari "sangat terancam punah" menjadi "terancam punah".
Status ini diberikan setelah adanya peningkatan jumlah gorila menjadi 1.000 ekor. Ini menjadi kenaikan tertinggi dalam subspesies yang pernah tercatat.
Meski telah memperbarui statusnya, IUCN menekankan bahwa gorila gunung masih terancam punah. Untuk itu, program konservasi terus dilakukan agar gorila dapat terselamatkan dari kepunahan, seperti menyediakan dokter hewan, menghilangkan jerat, dan melakukan patroli anti-perburuan.
Baca Juga : Disgusting Food Museum, Pameran Makanan Menjijikkan Dari Seluruh Dunia
Species Survival Commission Primate Specialist Group IUCN, Dr. Liz Williamson mengatakan, demi menyelamatkan hewan ini, harus membatasi jumlah wisatawan dan mencegah kontak dengan manusia.
Gorila gunung (Gorilla beringei beringei) merupakan salah satu dari dua subspesies gorila timur (Gorilla beringei). Gorila gunung dapat ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan Uganda. Namun, pada tahun 2008, jumlah mereka turun menjadi 680 ekor dikarenakan perburuan liar.
Selain daerah tersebut sering digunakan untuk pemburuan dan pertanian, tampaknya salah satu yang menjadi permasalahan adalah penyakit Ebola, yang ditularkan manusia.
Baca Juga : Kurangi Sampah Plastik, McDonald Indonesia Tak Lagi Sediakan Sedotan
Gorila gunung bukan satu-satunya hewan yang keluar dari daftar merah IUCN. Sebelumnya, status paus sirip (Balaenoptera physalus) telah berubah dari "terancam punah" menjadi "rentan" karena populasinya yang meningkat menjadi 100.000 ekor sejak tahun 1970-an.
Tidak hanya itu, status paus abu-abu (Eschrichtius robustus) juga naik dari "sangat terancam punah" menjadi "terancam punah". Paus ini sering diburu untuk diambil daging, minyak, dan lemaknya.
Menurut IUCN, masih banyak hewan yang berada dalam ancaman kepunahan. Sebanyak 96.951 spesies berada dalam daftar merah IUCN di mana 26.840 di antaranya terancam punah.