Decak Keindahan Flora Melalui Seni Lukis Botani

By Tiara Syabanira Dewantari, Selasa, 20 November 2018 | 22:49 WIB
(Eunike Nugroho/IDSBA)

Nationalgeographic.co.id - “Ilustrasi tumbuhan akan menimbulkan ikatan batin antara tumbuhan itu dengan sang peneliti. Pengalaman yang sangat bermanfaat bagi yang bersangkutan, baik sebagai pribadi maupun sebagai ilmuan.”

Ungkapan itu datang dari Sir Willian Jackson Hooker (1785-1865), seorang pakar botani Inggris dan seorang seniman mengenai seni lukis botani.

Seni lukis/ilustrasi botani merupakan sebuah genre seni lukis yang memadukan antara botani (sains) dan seni (lukis). Biasanya seorang seniman botani mempelajari dan mengamati tumbuhan yang dijadikan subjek karyanya dengan tekun dan cermat terlebih dahulu sebelum akhirnya melukis.

Baca Juga : Roti Tepung Kecoak dan Kekayaan Protein yang Terkandung di Dalamnya

Riset itu perlu dilakukan “agar ia dapat menampilkan sebagian atau keseluruhan bagian tumbuhan tersebut secara akurat, rinci, tapi juga indah” jelas Eunike Nugroho, selaku salah satu pendiri Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA). Keke, sapaan akrabnya, juga menjelaskan bahwa seni botani ini berbeda dengan lukisan bunga, still life, dan sejenisnya. Sebab, dalam seni botani ini dituntut akurasinya, termasuk identitas si subjek tumbuhan.

Di Indonesia , seni lukis botani masih cukup baru jika dibandingkan dengan negara maju. Bahkan, hingga kini, pendidikan mengenai seni botani belum diajarkan dalam pendidikan formal. Para seniman masih berjumlah sedikit, mereka belajar secara otodidak dan dilatih oleh para botaniawan yang menjadi atasannya. 

Meskipun di Indonesia seni botani masih terbilang ‘muda’, ternyata keberadaannya sudah lama muncul melalui motif dari hias anyaman, tenunan, dan macam-macam tekstil tradisional khas Nusantara. Contohnya yaitu kain batik khas Jawa yang menampilkan Kawung (penampang buah aren, Arenga pinnata), Truntum (tampak depan bunga jeruk), dan Ceplok Kembang Cengkeh (rangkaian bunga Cengkih, Syzygium aromaticum). Baik melalui nama ataupun coraknya. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa seni botani juga merupakan bagian dari kajian botani yang belum dikembangkan.

(Eunike Nugroho/IDSBA)

Maka untuk mengembangkan seni botani di Indonesia Eunike Nugroho dan Jenny A. Kartawinata mendirikan sebuah wadah bagi para peminat dan pelaku seni botani, Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA). Melalui IDSBA, para seniman bersama-sama mengembangkan keterampilan melukis botani, mulai dari teknik, estetik, hingga pengetahuan botani.

Eunike Nugroho, salah satu pendiri IDSBA, dan karyanya Amorphophallus titanum. (IDSBA)

Diusianya yang kini satu tahun, tepat di tanggal 20 November 2018, jumlah anggota IDSBA sudah mencapai 50 orang dengan beraneka ragam latar belakang. “Ada perupa (desainer, illustrator, seniman), arsitek, teknisi, mahasiswa biologi, dosen, botaniwan/peneliti, sampai ibu rumah tangga. Dari yang termuda baru menempuh pendidikan setingkat SMU yang saat bergabung masih SMP. Ada yang berusia hingga 50-70 tahunan” ungkap Keke.

Kegiatan yang rutin dilakukan oleh anggota IDSBA yakni melukis bersama (Painting Day) dan belajar bersama (Workshop). “Acara seperti itu menjadi ajang untuk para anggota (agar) saling lebih kenal dan akrab, belajar teknik-teknik lukis khusus, merembuk rencana-rencana kegiatan, dan mengajak para peminat untuk menjadi anggota baru” kata Jenny.