Virus Raksasa Langka Ditemukan Pada Tanah di Hutan AS, Seperti Apakah?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 21 November 2018 | 14:39 WIB
Para ilmuwan meneliti virus raksasa di Harvard Forest. (UMass Amherst/Jeff Blanchard via Science Alert)

Nationalgeographic.co.id – Ada hutan di Massachussetts, AS, yang selama 30 tahun telah menjadi lokasi eksperimen tanah, terutama untuk melihat dampat kenaikan suhu dan pemanasan global pada makhluk hidup kecil yang hidup di sana.

Dalam penelitian terbarunya di laboratorium terbuka ini, para ilmuwan mengungkap penemuan mengejutkan. Mereka menemukan 16 virus raksasa langka yang benar-benar baru bagi dunia sains.

“Kami ke Harvard Forest tidak untuk mencari virus raksasa. Tujuan kami awalnya adalah mengisolasi bakteri secara langsung di alam untuk memahami bagaimana kelompok mikrob mengubah responsnya terhadap pemanasan tanah,” papar Jeff Blanchard, ahli biologi dari University of Massachussetts Amherst (UMass).

Baca Juga : Peneliti: Ada Populasi Bakteri yang Hidup di Dalam Otak Manusia

Di masa lalu, ketika tanah menghangat, masalahnya tidak sekrusial sekarang. Pada saat itu, ilmuwan berpikir bahwa semua virus sangat kecil—bahkan lebih kecil dari bakteri.

Namun sekarang, bagaimana pun juga, penemuan virus raksasa telah menentang beberapa konsep ilmiah sebelumnya. Para peneliti menemukan bahwa virus menempati bentuk yang lebih besar dengan genom yang semakin kompleks juga.

Virus raksasa biasanya ditemukan pada habitat akuatik. Oleh sebab itu, penemuan di Harvard Forest sangat mengejutkan. Ini pertama kalinya virus raksasa ditemukan pada ekosistem darat dan gumpalan kotoran.

“Data yang diambil menunjukkan genom virus raksasa yang baru dan belum pernah saya lihat hingga saat ini,” kata Frederik Schulz, salah satu peneliti dari Department of Energy’s Joint Genome Institute (JGI) yang terlibat dalam studi.

“Kami menemukan 16 genom virus raksasa sejauh ini. Namun, jika kita mengambil lebih banyak sampel di lokasi yang sama, jumlahnya mungkin bisa menjadi dua, tiga, hingga empat kali lipat,” imbuhnya.

Untuk mengidentifikasi mikrob, para peneliti menempatkan mereka dalam larutan mengandung pewarna tidak beracun yang berfungsi mengikat DNA. Peneliti kemudian menggunakan teknik bernama fluorescence-activated cell sorting (FACS) untuk mengisolasi sel individu.

Metode tambahan, yang dikenal dengan nama mini-metagenomics, juga membantu tim peneliti mengurutkan DNA dari sekitar 2.000 sel individu. Proses inilah yang akhirnya menghasilkan penemuan 16 virus raksasa yang sebelumnya tidak diketahui sains.

Baca Juga : Temuan Makhluk Aneh dari Laut Dalam, Seperti Kelabang Tanpa Kaki