Fakta-fakta Suku Terasing Sentinel yang Membunuh Turis Amerika

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 22 November 2018 | 16:07 WIB
Suku Sentinelese (Youtube Doc Facts via businnessinsider.com)

Nationalgeographic.co.id – Turis Amerika tewas setelah mendapat luka panah yang ditembakkan oleh anggota suku Sentinel.

Suku ini tinggal di wilayah terisolasi di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman, di Teluk Benggala yang berbatasan dengan India dan Bangladesh. Mereka hampir tidak pernah memiliki kontak dengan dunia luar, memiliki bahasanya sendiri dan hidup tanpa teknologi modern.

Dependra Pathak, Direktur Jenderal Kepolisian Andaman dan Nicobar, mengatakan, tempat tinggal suku Sentinel sangat terbatas untuk pengunjung. Namun, entah mengapa, turis dan misionaris John Allen Chau secara ilegal mengunjungi Pulau Sentinel Utara dan akhirnya terbunuh. 

Baca Juga : Diduga Ingin Sebarkan Agama Kristen, Turis Amerika Tewas Dipanah Suku Terasing

Chau merupakan misionaris Kristen yang sebelumnya pernah mengunjungi Pulau Andaman dan Nicobar pada 2015 dan 2016. Belum jelas apakah tujuannya mengunjungi suku Sentinel kali ini merupakan bagian dari misi agama.

Meskipun suku tersebut tinggal di wilayah pedalaman, bukan berarti tidak ada informasi satu pun tentang mereka. Berikut fakta-fakta yang perlu Anda ketahui tentang orang-orang Sentinel:

Hanya tersisa sedikit

Pemerintah India tidak memasukkan suku Sentinel dalam sensus. Faktanya, mereka tidak berani pergi ke Pulau Sentinel sama sekali. Pemerintah hanya menghitung jumlah anggotanya melalui foto-foto yang diambil dari jarak jauh. Pada 1991, diperkirakan ada 117 orang yang tinggal di sana. Namun, pada 2011, hanya tersisa 15 orang.

Pemburu-pengumpul yang memiliki bahasa sendiri

Survei yang dilakukan di Pulau Sentinel Utara belum menemukan bukti pertanian. Sebaliknya, suku Sentinel tampaknya merupakan kelompok pemburu-pengumpul. Mereka mendapatkan makanan dengan memancing, berburu, dan mengumpulkan tanaman liar yang ada di pulau tersebut.

Suku Sentinel juga memiliki bahasanya sendiri. Menurut dokumen sensus India, percobaan kontak dengan mereka dalam bahasa Jarawa (bahasa yang digunakan di pulaus sekitar), tidak berhasil. Artinya, mereka tidak memahami bahasa Jarawa dan kemungkinan memiliki sistem komunikasi yang berbeda.

Bukan kanibal

Sejak masa kolonial, ada rumor yang mengatakan bahwa suku Sentinelese merupakan kanibal. Namun, tidak ada bukti yang mendukung fakta tersebut. Analisis yang dilakukan pemerintah India pada 2006 juga menyatakan bahwa kelompok ini tidak mempraktikkan kanibalisme.

“Orang-orang Sentinel tidak memakan tubuh manusia yang sudah meninggal. Jadi, ini membuktikan bahwa mereka tidak kanibal,” papar laporan tersebut.

Kesalahpahaman ini muncul dari praktik yang dilakukan suku tetangga Sentinel. Suku Onge, yang tinggal di dekat sana, biasa memotong dan membakar daging manusia yang sudah meninggal agar itu tidak dikonsumsi oleh arwah jahat.

Ada beberapa kunjungan ke pulau

Dalam beberapa abad terakhir, tercatat kunjungan ke Pulau Sentinel Utara. Pada 1880, penjajah Inggris menculik enam anggota suku Sentinel—dua diantaranya langsung meninggal akibat kontak dengan penyakit yang  mereka tidak kebal.

Setelahnya, pada 1960-an, peneliti India memimpin ekspedisi ke pulau tersebut. Saat itu, suku Sentinel diketahui menyerang beberapa jurnalis.

Sejak saat itu, kunjungan ke Pulau Sentinel Utara hanya dilakukan untuk misi penyelamatan. Misalnya, pemerintah India menerbangkan helikopter ke sana setelah tsunami 2004.

Pada 2006, penjaga pantai India mengunjungi Pulau Sentinel Utara untuk membawa mayat dua nelayan yang tewas di sana.

Baca Juga : Mirip Alien, Suku Mangbetu Mengubah Kepala Mereka Menjadi Memanjang

Pemerintah India menawarkan perlindungan hukum sejak 1970

India memproklamasikan Pulau Sentinel Utara sebagai bagian dari Republik India pada 1970. Mereka bahkan mengesahkan hukum yang melarang penyebaran foto atau video anggota suku Sentinelese di media sosial.

Perlindungan dikurangi

Namun, pemerintahan India saat ini mencabut beberapa perlindungan suku Sentinel.

Agustus lalu, Perdana Menteri Narendra Modi menghapus persyaratan untuk mengunjungi 29 area terbatas di Kepulauan Andaman, termasuk Pulau Sentinel Utara tempat mereka tinggal. Artinya, para turis bisa dengan bebas mengunjungi pulau tersebut.