Nationalgeographic.co.id - Jumat (30/11) lalu, Genba Ceremonial Toyota Eco Youth 11 diadakan di SMAN 2 Semarapura Bali. Dalam acara yang berlangsung pada siang hari ini, Toyota ingin memberi apresiasi bagi empat sekolah asal Bali yang berhasil masuk dalam 25 besar TEY 11
Acara dimulai dengan presentasi projek masing-masing sekolah. Setiap sekolah memamerkan karyanya di booth yang sudah disediakan. Darmawan Widjaja, Direktur Toyota Astra Motor didampingi oleh Komang Merta Dana, Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali, serta Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, menilai satu persatu projek tersebut.
Stan pertama adalah milik SMAN 2 Semarapura, sang tuan rumah. Mereka menceritakan film komedi pendek yang mereka garap. Melalui film berdurasi tujuh menit ini, mereka ingin menggugah kepedulian masyarakat akan lingkungan dengan cara yang menghibur.
Baca Juga : Unik, Kerangka dari Abad Pertengahan Ditemukan Memakai Sepatu Bot
"Film ini adalah cara yang kekinian untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Sebelumnya, belum pernah ada karya TEY yang berbentuk film pendek," ucap Didi Kaspi Kasim.
Stan kedua adalah milik SMAN Bali Mandara, Projek yang mereka jalankan adalah batako yang dibuat dari limbah sampah organik. Batako tersebut didesain agar tahan gempa. Mendengar pemaparan dari dua siswa, perwakilan Toyota pun terlihat kagum.
"ini adalah karya yang hebat," ucap Komang.
Stan ketiga adalah milik SMAN 1 Blahbatu, dengan inovasi pemecah masalah alat angkut sampah di sungai dengan dinding yang terjal. Ide ini berawal dari permasalahan sungai di dekat sekolah mereka yang penuh dengan sampah. Keadaan tersebut sangat mengganggu. Selain membuat lingkungan kotor, aliran sungai pun sedikit terhambat. Sebelum ada alat angkut ini, sampah selalu dibiarkan tertimbun karena sulit untuk diambil.
Stan terakhir, adalah milik sekolah SMAN 1 Gianyar yang menggagas reviltalisasi rurung di gang Bucu (Bucu Lane), sebuah gang di kawasan Ubud yang memiliki sejumlah bangunan pura eksotis.
"Kami ingin menggalakkan ecopreneurship ke masyarakat di sana agar rurung bisa dioptimalkan sehingga bisa jadi objek wisata baru bagi para turis di sekitar situ," kata Citra, salah seorang siswa.
Melihat presentasi proyek ini, Darmawan optimis kalau karya tersebut bisa bermanfaat.
"Banyak yang masuk ke gang sempit males duluan kalo nggak tertata. Kalau ditata, (juga mengganggu) kalau ada yang jualan. itu bagus sekali. kalau di-copy ke tempat lain itu bagus sekali. Nyumbang devisa negara," ucap Darmawan lebih lanjut.