Indonesia dan Berbagai Perayaan Natal Unik, Ngejot Hingga Kunci Taon

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 12 Desember 2018 | 10:55 WIB
Penjor dalam perayaan Natal di Bali. (TimArbaev/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Bulan Desember menjadi bulan yang mungkin ditunggu oleh banyak orang. Bukan tanpa alasan, dalam bulan Desember terdapat dua hari perayaan yang menyumbangkan sejumlah hari libur, yakni Natal dan tahun baru.

Banyak dari kita kemudian sudah menyusun rencana untuk berlibur. Ingin berlibur dengan situasi Natal yang unik? Tidak perlu pergi ke luar negri untuk dapat melihat perayaan Natal yang berbeda. Beberapa daerah di Indonesia memadupadankan Natal dengan budaya mereka.

Baca Juga : Ke'te Kesu, Warisan Megah dari Kekayaan Tradisi Toraja

1. Natal dan Bakar Batu di Papua

Tradisi bakar batu. (Tribunnews.com)

Bakar batu atau Barapen sebenarnya sebuah tradisi yang dilakukan sebaga ungkapan rasa syukur, kebersamaan, dan saling berbagi. Masyarakat Papua biasanya melakukan hal ini setelah misa Natal usai.

Sebelum berangkat misa, mereka akan terlebih dahulu berkumpul dan memasak daging babi, ubi, kangkung, pepaya, dan pelengkap lainnya di dalam lubang berisi batu yang panas.

Karena proses memasak ini membutuhkan waktu hingga setengah hari, mereka akan meninggalkannya dan kembali ketika kerabat sudah berkumpul.

2. Natal dan Meriam Bambu di Flores

Bagi Anda yang terlahir pada tahun 80-an, tentu familiar dengan meriam bambu. Bambu yang dibuat sedemikian rupa hingga menjadi "petasan meriam" yang dapat mengeluarkan suara dentuman besar ketika dipicu.

Nah, dentuman ini akan menghiasai suasana Natal di Flores, Nusa Tenggara Timur. Puncaknya adalah pada malam menjelang Natal dan tahun baru.

Awalnya, "meriam" ini digunakan dalam budaya Mangarai sebagai penanda kepergian atau meninggalnya seseorang.

3. Natal dan Wayang Kulit di Yogyakarta

Wayang kulit Natal. (Tribunnews.com)

Liburan Natal, bagi umat Kristiani tentu akan diisi dengan ibadah perayaan Natal. Nah, bagi Anda yang merencanakan berlibut ke Yogyakarta, Anda bisa mengikuti misa Natal yang berbeda dengan biasanya.

Pastor atau Romo yang memimpin misa akan menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil. Tidak hanya itu, banyak Pastor yang juga akan menggunakan pernak pernik khas Yogyakarta, seperti blangkon.

Selain itu, biasanya ada beberapa gereja yang menggelar pertunjukkan wayang kulit sebagai bagian dari perayaan Natal. Tema yang diangkat biasanya terkait dengan kelahiran Yesus Kristus.

4. Natal, Ngejot dan Penjor di Bali

Penjor. (TimArbaev/Getty Images/iStockphoto)

Siapa yang tidak ingin ke Bali? Rasanya destinasi wisata ini tidak mungkin tidak ada dalam list liburan Anda. Merayakan Natal di Bali juga menjadi pilihan banyak orang—setidaknya berlibur selama liburan Natal.

Pada saat menjelang hari raya Natal di Bali, banyak gereja yang menggunakan hiasan penjor khas Bali. Sejumlah penjor yang menjulang tinggi dan melekuk ke depan, menambah kekhasan perayaan Natal di Bali.

Selain penjor, banyak masyarakat Bali juga melakukan tradisi ngejot selama hari raya Natal. Ngejot merupakan tradisi berbagi makanan kepada masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur. Pada saat Natal, biasanya umat kristiani di Bali akan memasak makanan khas Bali dan membagikan makanan itu kepada tetangga. Kebiasaan ini tentunya dapat menjalin dan menjaga toleransi umat beragama.

5. Natal dan Kunci Taon di Manado

Masyarakat Manado merayakan Natal lebih dahulu dibandingkan dengan kebanyakan orang. Sejak tanggal berganti memasuki bulan Desember, ibadah Natal sudah dilakukan di gereja-gereja. Selain ibadah, masyarakat Manado juga akan melakukan tradisi ziarah ke permakaman para kerabat.

Satu hal yang unik adalah kebanyakan dari masyarakat Manado akan meletakkan lampu hias di atas makam kerabat mereka. Sementara itu puncak perayaan Natal di Manado biasanya akan berlangsung pada hari Minggu pertama bulan Januari.

Tradisi yang biasa disebut dengan nama Kunci Taon ini akan menjadi penutup perayaan Natal di Manado. Biasanya tradisi ini dilakukan dengan pawai keliling menggunakan berbagai kostum menarik.

Baca Juga : Rumah-rumah Kosong di Jepang Dibagikan Secara Gratis, Tertarik?

6. Natal dan Marbinda di Sumatra Utara

Masyarakat Sumatra Utara merayakan hari raya Natal dengan tradisi Marbinda. Tradisi menyembelih hewan yang dilakukan secara bersama-sama pada hari Natal. Tradisi inilah yang kemudian membuat hari raya Natal di Sumatra Utara terasa spesial.

Hewan yang akan disembelih adalah hewan yang dibeli dari tabungan bersama.

Masyarakat Sumatra Utara juga akan melakukan Marhobas, yang berarti memotong dan membagikan daging hewan yang sudah disembelih.

7. Natal, rangkaian festival dan Lettoan di Toraja

Toraja yang terkenal dengan berbagai tradisi budayanya ini juga memiliki tradisi terkait perayaan Natal. Masyarakat Toraja memiliki rangkaian festival budaya tahunan untuk merayakan Natal.

Festival ini dibuka dengan pemotongan kerbau belang pada awal bulan Desember. Tidak hanya kerbau, masyarakat Toraja juga memilih domba untuk dipotong.

Setelah rangkaian kegiatan dilakukan, Lettoan akan dilakukan sebagai penutup perayaan. Lettoan adalah proses mengarak babi sebagai simbol dari tiga dimensi kehidupan manusia.

8. Natal dan Rabo-rabo di Jakarta

Walaupun Ibu Kota Indonesia ini sudah berjalan dengan kehidupan modern, tapi berbagai tradisi kebudayaan masih tetap hidup di balik beton-beton yang menjulang tinggi.

Di daerah Koja, Jakarta Utara, tepatnya di Kampung Tugu, masyarakat setempat akan merayakan Natal dengan tradisi Rabo-rabo. Setelah mengunjungi rumah warga, mereka akan melantunkan lagu keroncong tugu, menari, dan bernyanyi.

Pemilik rumah yang sudah disambangi, biasanya akan ikut pergi untuk menuju rumah warga berikutnya.