La Puria, Desa Korban Perang yang Penduduknya Hanya Ada Perempuan dan Anak-anak

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 28 Desember 2018 | 16:31 WIB
Perempuan dan anak-anak di desa La Puria. (Ivan Valencia/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id - Di pegunungan di barat laut Kolombia, terdapat sebuah desa bernama La Puria yang menjadi rumah bagi masyarakat adat Embera Katio. Dalam bahasa mereka, ebera berarti manusia, penduduk asli, atau laki-laki.

Sayangnya, tidak ada laki-laki dewasa di sana.

Perang saudara di Kolombia yang berlangsung selama beberapa dasawarsa telah menghancurkan La Puria secara perlahan. Beberapa pria di desa tersebut direkrut oleh Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) atau National Liberation Army (ELN), dua kelompok gerilya kiri yang terbesar di negara tersebut.

Sementara itu, sisanya menjadi korban konflik–mengingat kedua kelompok: gerilyawan dan pasukan keamanan menggunakan taktik kekerasan seperti penculikan, memasang ranjau darat dan perdagangan obat bius.

Baca Juga : Menginisiasi Hidup Sehat Melalui Kerja 'Kartu Menuju Surga'

Menurut Ivan Valencia, jurnalis foto Kolombia yang menghabiskan waktu berbulan-bulan di La Puria untuk mendokumentasikan kehidupan di sana, hanya ada para wanita, anak-anak dan ibu-ibu remaja yang masih tersisa di La Puria.

Para perempuan muda pun memimpin kelompoknya untuk mencari dan mengumpulkan makanan di hutan. Mereka memegang parang sambil menggendong bayi di punggungnya. Ketua adat La Puria pun merupakan perempuan berusia 26 tahun, seorang ibu dari empat anak.

Membawa parang dan keranjang, perempuan muda Embera Katio memimpin kelompok dalam berburu makanan. (Gita Laras Widyaningrum)

Suara bermain anak-anak terdengar di setiap rumah yang dibangun ibu mereka sendiri. Anak-anak ini kebanyakan lahir dari rahim remaja yang diperkosa oleh para tentara dari kelompok gerilya lokal.

Di usianya yang masih sangat muda, anak-anak di La Puria sudah terpapar situasi perang. Tahun lalu, selama kegiatan terapi seni di sekolah desa, hampir semua anak-anak menggunakan pensil warnanya untuk menggambar dan mewarnai orang-orang yang membawa senjata api. Namun, saat ini, kondisinya mulai membaik.

Anak-anak di desa La Puria. (Gita Laras Widyaningrum)

Warna terang