La Puria, Desa Korban Perang yang Penduduknya Hanya Ada Perempuan dan Anak-anak

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 28 Desember 2018 | 16:31 WIB
Perempuan dan anak-anak di desa La Puria. (Ivan Valencia/National Geographic)

Untuk pertama kalinya sejak 1960, konflik akhirnya selesai. Meskipun pada 2016, referendum sipil menolak perjanjian damai antara FARC dan pemerintah Kolombia, namun perjanjian ini direvisi dan diratifikasi kembali beberapa bulan kemudian. Jalan menuju perdamaian memang belum pasti, tapi setidaknya gencatan senjata masih dilakukan.  

Sayangnya, setelah perang terhenti, masyarakat La Puria tetap ditinggalkan oleh negara. Tanpa bantuan pemerintah di bidang kesehatan dan pelayanan umum, gizi buruk serta sanitasi yang layak, tantangan yang harus mereka hadapi pascakonflik Kolombia tetap berat.

“Saya merasa konsekuensi perang masih berlanjut,” ujar Ivan.

Baca Juga : Begini Cara Korea Utara Mendoktrin Anak-anak untuk Memuja Kim Jong Un

Meskipun begitu, Ivan melihat sedikit cahaya di sana. Ia terkesima dengan semangat hidup orang-orang La Puria.

“Setelah berjalan jauh dari hutan, saya ingat mencapai tempat di mana terdapat banyak warna. Banyak penduduk La Puria yang mengenakan pakaian berwarna terang. Sangat indah melihat warna itu di tengah-tengah tempat kelabu dan penuh kesedihan,” kenang Ivan.  

Bagi Ivan yang tidak memahami bahasa Embera, begitu pun penduduk yang tidak mengerti bahasa Spanyol, bahasa visual menjadi satu-satunya penghubung mereka.

“Kami berkomunikasi melalui kamera,” pungkasnya.