Bakteri Pendaur Ulang Emas, Temuan yang Bisa Selamatkan Lingkungan

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 9 Januari 2019 | 13:51 WIB
Biji emas, atau nugget. (Oat_Phawat/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Isu mengenai lingkungan semakin marak diperbincangkan dalam beberapa tahun belakangan ini. Berbagai aspek pun menjadi sorotan, salah satunya adalah berbagai bahan kimia yang dipakai oleh manusia untuk melakukan sebuah proses produksi. Salah satunya adalah mengolah emas dari limbah elektronik.

Terkait dengan hal ini, ahli geologi Australia menemukan bakteri yang mengambil jejak emas dan mengubahnya menjadi bongkahan kecil emas, atau yang disebut dengan nugget. Bakteri ini ditemukan pada sebidang tanah di kawasan regional Queensland.

Dengan ditemukannya bakteri ini, Profesor Universitas Adelaide, Frank Reith, mengatakan bahwa perusahaan pertambangan dapat mengubah bendungan tailing (limbah tambang) dari sebuah pertambangan menjadi aset dengan memulihkan dan memproses kembali sisa emas di limbah tersebut.

Baca Juga : Harga Jual Emas Antam Turun 3.000 Rupiah, Berikut Rinciannya

Lebih lanjut Frank Reith juga mengatakan bahwa dalam budaya konsumen tentang keusangan, temuan ini juga dapat mengubah alur "permainan" limbah elektronik. Mengingat tren elektronik semakin meningkat dan menyebabkan meningkatnya barang elektronik bekas.

Mengolah limbah menjadi uang

Berbicara mengenai limbah elektronik, dalam laporannya pada tahun 2016, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan bahwa limbah elektronik di seluruh dunia bernilai lebih dari US$84 miliar atas material yang dapat dipulihkan.

Dari nilai tersebut, lebih dari US$29 miliar terdapat dalam papan sirkuit. "Dalam limbah elektronik ada banyak emas," ungkap Reith.

"Kita membutuhkan teknik yang tidak menimbulkan dampak pada kesehatan atau komunitas atau lingkungan untuk (menghasilkan) logam mulia yang ada di ponsel pintar atau komputer semua orang," lanjut Reith. Seperti yang kita ketahui, teknik produksi emas dari limbah elektronik masih banyak dilakukan dengan melibatkan kimia yang membahayakan lingkungan dan kesehatan.

Professor Reith dan tim kemudian bergabung dengan sebuah perusahaan Start-up, New Mint Innovation dari Selandia Baru untuk menemukan solusinya. Mint Innovation sedang menjalankan program percontohan, dengan rencana untuk meluncurkan Teknik pemulihan emas pada limbah elektronik mereka pada 2019 secara komersial.

"Kami mengupayakan limbah elektronik sebagai bahan baku, dan sedang menguji coba sebuah proses yang memanfaatkan mikroba sebagai metode untuk memurnikan logam mulia dari campuran logam lain berasal dari papan sirkuit tua," ucap Dr Ollie Crush, salah satu anggota tim.

Limbah elektronik mengandung emas. (brupsilva/Getty Images/iStockphoto)

Para peneliti memeriksa biji-bijian emas dari West Coast Creek, anak sungai di Mary River, Kilkivan, Queensland dan sejumlah lokasi lain di sekitar Australia dan dunia. Mereka menemukan bahwa proses "daur ulang" emas bisa memakan waktu antara 17 hingga 58 tahun.

Professor Reith mengatakan dalam istilah geologis rentang waktu itu sama dengan sekedip mata. "Prosesnya sangat cepat, kita hanya perlu mempercepat proses tersebut 10 hingga 30 kali, untuk mendapatkan sesuatu yang dapat diaplikasikan dalam industri."

Penelitian yang memulai segalanya

Pemilik lahan di Kilkivan, John Parsons, seorang mantan manajer tambang yang mengambil alih sebuah lahan bekas tambang yang tidak digunakan pada 1990-an, sekarang menjadi salah satu penulis dari dua makalah penelitian berdasarkan bakteri yang ditemukan di tanahnya.

Parsons menjelaskan bahwa bakteri tersebut berfungsi dalam menyaring mineral lain seperti perak dan tembaga dan menyisakan bongkahan kecil biji emas.

Sebelumnya Parsons pernah bekerja sama dengan Professor Reith, Jeremiah Shuster dari Universitas Adelaide, peneliti Swedia Geert Cornelis, dan ilmuwan University of Queensland Gordon Southam, untuk menggali berapa lama proses penyulingan bakteri ini berlangsung. Penelitian ini kemudian dipublikasikan ddalam jurnal Chemical Geology.

Baca Juga : Harga Emas Antam Turun, Sebenarnya Dari Mana Datangnya Emas di Bumi?

Atas penelitian ini, Profesor Profesor Reith kemudian menggambarkannya sebagai "sebuah studi terobosan".

"Untuk pertama kalinya, kita bisa memperkirakan seberapa cepat hal tersebut terjadi di lingkungan," katanya.

"Kami sudah mengetahuinya untuk elemen lain. Namun kami hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang emas hingga akhirnya kami menyelesaikan penelitian bersama kami ini."

Lebih lanjut, Profesor Reith mengatakan bahwa bakteri tersebut tidak hanya memiliki kekuatan untuk mengubah praktik daur ulang, tetapi mengubah tailing tambang emas menjadi aset.

"Di banyak tambang ada bahan tailing dan bahan limbah, dan emas terbuang disana. Manfaat lingkungan dari temuan ini sangat sulit dipercaya," katanya.