Rumah Pimpinan KPK Dilempar Bom Molotov, Bagaimana Sejarah Senjata Peledak Ini?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 9 Januari 2019 | 14:37 WIB
Ilustrasi bom molotov. (Smitt/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Teror mengancam Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif. Pada Rabu (9/1) dini hari, rumahnya yang terletak di Jalan Kalibata Selatan No. 42, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov.

Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas aksi tersebut. Polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara di kediaman Laode.

Dari pantauan Tribunnews.com, terlihat bekas ledakan berwarna hitam di dinding rumah Laode. Polisi pun mengamankan botol air mineral berisi cairan berwarna biru yang diduga menjadi sumber ledakan.

Baca Juga : Harga Emas Antam Turun, Sebenarnya Dari Mana Datangnya Emas di Bumi?

Berbicara tentang bom molotov, itu merupakan senjata yang terbuat dari botol berisi bensin, alkohol, atau cairan mudah terbakar lainnya, kemudian ditambah sumbu berupa tali atau kain. Sebelum dilemparkan ke arah sasaran, sumbu dibakar terlebih dahulu.

Dan saat botol pecah setelah dilempar, api akan segera merambat dan menyebar karena penguapan bensin atau alkohol di dalamnya.

Bom molotov diyakini muncul pertama kali di Perang Saudara Spanyol pada 1930-an. Saat itu, para pejuang Republik melemparkan bahan peledak itu ke tank-tank milik pasukan Nasionalis.

Bahan awal yang digunakan adalah campuran tar, etanol, dan gasolin yang dimasukkan ke dalam botol bir–menciptakan senyawa yang lengket dan mudah terbakar. Potongan kain yang sudah direndam minyak kemudian dimasukkan ke dalam mulut botol agar bertindak sebagai sumbu.

Meski sudah ada sejak Perang Saudara Spanyol, tapi penggunaannya semakin masif di awal Perang Dunia II. Tepatnya ketika pasukan Soviet menyerang Finlandia dalam peristiwa yang kerap disebut "Perang Musim Dingin".

Pada musim dingin 1939, setelah menguasai Polandia, Soviet menginvasi Finlandia. Namun, ketika berita serangan mulai muncul, Menteri Luar Negeri Soviet, Vyacheslav Molotov, membantahnya. Ia mengatakan bahwa Soviet hanya mengirimkan makanan dan minuman ke Finlandia, padahal mereka menjatuhi bom ke negara tersebut. 

Warga Finlandia yang tidak terima kemudian mencoba melawan. Mengikuti istilah yang digunakan menteri Molotov, mereka menyebut bahan peledak yang dilemparkan ke arah pasukan Soviet dengan nama "bom Molotov".

Baca Juga : Satelit Mata-mata AS Ungkap Situs Kuno dan Bersejarah di Timur Tengah