Bakteri di Luar Angkasa Berevolusi, Bagaimana Dampaknya Bagi Astronaut?

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 10 Januari 2019 | 13:00 WIB
ilustrasi astronaut. (1971yes/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian terbaru menemukan fakta bahwa bakteri di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) ternyata sedang berevolusi dan bermutasi. Menurut para ilmuwan, ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab. 

"Luar angkasa merupakan kondisi yang keras dan penuh tekanan," ujar Erica Hartmann, pemimpin penelitian sekaligus profesor desain biologi dari Northwestern University.

"Ada banyak spekulasi penyebab, termasuk radiasi, minimnya gravitasi, kurangnya ventilasi dan hal-hal lain yang bisa memengaruhi organisme hidup, termasuk bakteri," imbuhnya, dikutip dari Kompas.com

Baca Juga : Berkat Tiongkok, Saat Ini Terdapat Hewan dan Tumbuhan di Bulan

Hasil studi ini didapat ketika Hartmann dan rekannya menyadari bahwa bakteri di laboratorium apung ISS telah berubah menjadi amat berbeda dengan yang ada di Bumi. Mereka menyimpulkan bahwa itu merupakan proses evolusi bakteri sebagai respons terhadap lingkungan luar angkasa yang penuh tekanan.

Meski begitu, para peneliti mengatakan bahwa mikroba yang bermutasi tersebut tampaknya tidak berbahaya bagi manusia. Mereka berubah hanya untuk menghadapi kesulitan hidup mengambang di luar Bumi.

"Berdasarkan analisis genomik, sepertinya bakteri beradaptasi untuk hidup, bukan berevolusi untuk menyebabkan penyakit," kata Ryan Blaustein, rekan Hartmann dalam penelitian ini.

"Kami tidak melihat sesuatu yang istimewa tentang resistensi antibiotik atau virulensi pada bakteri stasiun ruang angkasa," tambahnya. 

Untuk perjalanan ruang angkasa jangka panjang dan para astronaut yang bertugas, ini merupakan kabar yang sangat baik. Apalagi, ada kemungkinan di masa depan astronaut harus menghabiskan waktu dengan bakteri dalam perjalanan ke Bulan atau Mars.

Baca Juga : Teleskop Hubble Tangkap Gambar Detail Triangulum, Si Galaksi Tetangga

Dilansir dari Kompas.com, dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis DNA dari dua jenis bakteri yang melakukan perjalanan ke ISS, yaitu Staphylococcus aureus (yang ditemukan pada kulit dan menyebabkan infeksi staph) dan Bacillus cereus (yang ada dalam sistem pencernaan dan tanah dan biasanya tidak berbahaya).

Kedua mikroba dikumpulkan dari lingkungan sekitar ISS dan mungkin menumpang naik ke luar angkasa melalui kulit astronaut atau tubuh mereka.